1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAsia

Wanti-wanti Lonjakan Kasus Omicron, Pakar: Sudah Terjadi

1 Februari 2022

Pakar epidemiologi Dicky Budiman sebut angka yang diproyeksikan terkait lonjakan kasus Omicron besar kemungkinan sudah terjadi. Gejala Omicron yang relatif lebih ringan membuat banyak orang tidak sadar ketika terpapar.

https://p.dw.com/p/46LDh
Vaksinasi
Ilustrasi pemberian vaksinasi COVID-19 untuk anak di IndonesiaFoto: Donal Husni/ZUMAPRESS/picture alliance

Pemerintah mewanti-wanti lonjakan kasus COVID-19 akibat gelombang Omicron bisa 3 kali lebih tinggi dibanding saat diamuk varian Delta. Meski demikian, tidak perlu panik berlebihan karena gejala Omicron relatif lebih ringan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap hal itu dalam konferensi pers update PPKM, Senin (31/01). Berkaca dari data di berbagai negara, gelombang Omicron juga dapat berdampak pada peningkatan rawat inap.

"Dari data tersebut kami mencoba menganalisa bahwa jumlah rawat inap rumah sakti di Indonesia dapat lebih tinggi dari Delta apabila kasus harian meningkat lebih dari 3 kali," papar Menko Luhut yang juga merupakan Koordinator PPKM Jawa-Bali.

"Seperti tahun lalu kita lihat hampir 56 ribu, bisa saja nanti 3 kali dari itu bila kita tidak hati-hati," jelasnya.

Meski demikian, Menko Luhut memperkirakan kemungkinan tersebut kecil untuk terjadi. Data menunjukkan, lonjakan kasus yang saat ini terjadi masih jauh di bawah perkiraan para pakar.

"Tidak perlu khawatir berlebihan, tapi kita tetap super waspada. Hari ini kasus konfirmasi per tanggal 31 Januari 2022 masih berada di angka seperlima dari puncak Delta pada Juli tahun lalu," tegasnya. 

Peringatan yang sama juga disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Ia memperkirakan, puncak gelombang COVID-19 akibat varian Omicron kemungkinan terjadi akhir Februari.

"Penularannya ini tinggi sekali dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi puncak dulu pernah 57 ribu per hari, kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada tidak perlu kaget bila melihat di negara-negara lain bisa di 2-3 kali di atas puncak Delta," kata Menkes.

Pakar perkirakan kekhawatiran itu sudah terjadi

Pandangan berbeda disampaikan pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia. Menurutnya, angka yang diproyeksikan para pakar terkait lonjakan kasus Omicron besar kemungkinan sebenarnya sudah terjadi. 

Dicky Budiman
Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith AustraliaFoto: privat

Gejala Omicron yang relatif lebih ringan membuat banyak orang tidak sadar dan cenderung abai ketika dirinya terpapar. Banyak di antaranya menganggap gejala Omicron tidak lebih dari flu biasa, sehingga tanpa sadar mereka saling menularkan.

"Dan kalau bicara jumlah kasus di masa puncak, dan saat ini pun sebenarnya sudah 10 kali lipat dari yang dilaporkan, itu sudah ada. Iya setidaknya di atas 100, 200 ribu per hari itu ada, kalau pada masa puncak ya bisa sampai 300-500 ribu," jelas Dicky. (pkp/ha)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Wanti-wanti Puncak Omicron 3 Kali Lipat dari Delta, Pakar Sebut Sudah Terjadi