090811 Ostafrika WFP
10 Agustus 2011Jackson Chepkwurui, seorang petani, tengah menggring kerbaunya melintasi ladang. Jackson tinggal di timur Uganda, wilayah yang subur. Tahun ini Jackson mengharapkan panen jagung yang besar. "Saya mungkin akan memperoleh 1,5 ton. Ini jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya."
Bahwa panen kali ini lebih baik, ini juga berkat Program Pangan Dunia. Sejak beberapa tahun, bagi negara-negara yang kekurangan pangan, organisasi PBB ini tidak mengimpor barang dari negara industri. Tetapi berupaya untuk membelinya dari petani lokal.
Dengan ini, misalnya, mendorong para petani di Afrika Timur, yang terancam bangkrut akibat tidak mampu bersaing harga dengan produk impor. Idealnya, petani diharapkan pada akhirnya dapat cukup kuat untuk bersaing di pasaran.
Satu upaya Program Pangan Dunia yang tampaknya sudah tepat. Akan tetapi saat bencana kekeringan di Tanduk Afrika, organisasi ini menghadapi masalah.
Satu demonstrasi di Kenya beberapa minggu lalu memprotes kenaikan harga pangan. Terutama harga tepung jagung, yang merupakan makanan pokok, melonjak tinggi, tiga kali lebih mahal dari harga biasanya.
Pada saat bencana kelaparan mendera, organisasi bantuan juga terpaksa untuk membeli dengan harga tinggi, dikatakan Ralf Südhoff, dari Program Pangan Dunia. "Pada dasarnya, tingginya harga pangan di manapun, bagi kami merupakan satu masalah besar, karena kami harus membantu lebih dari 11 juta orang yang kelaparan di Tanduk Afrika. Tidak peduli dari mana kami membeli bahan yang dibutuhkan, harganya jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Artinya, kami hanya dapat menolong lebih sedikit orang."
Baru-baru ini, Program Pangan Dunia diituduh sebagai penyebab kenaikan harga ini. Satu hal yang pasti: kebutuhan pangan di Afrika Timur sudah lama tidak dapat terpenuhi lagi. Jagung, yang dibagikan kepada warga yang kelaparan, misalnya berasal dari Afrika Selatan. Dengan ini, Program Pangan Dunia tidak lagi menjalankan strategi yang mereka terapkan, membeli dari petani lokal.
Ralf Südhoff memaparkan, "Sekarang, saat harga bahan pangan sangat tinggi dan juga adanya kekurangan pangan, kami memang meninggalkan strategi. Tahun ini, kami juga maksimal hanya membeli 100.000 ton dari Tanduk Afrika. Jumlah ini bahkan kurang dari 1 persen dari keseluruhan produksi jagung Tanduk Afrika. Oleh karena itu, kami yakin, kami bukanlah penyebab naiknya harga."
Program Pangan Dunia membayar apa yang ditawarkan pasar. Melonjaknya harga pangan juga akibat buruknya panen di belahan dunia lain, Dan para spekulan juga turut memperburuk situasi ini.
Petani Jackson termasuk salah satu dari sedikit orang di Afrika Timur yang mendapatkan keuntungan dari situasi ini. Di tempatnya, strategi Program Pangan Dunia berjalan dengan mulus. Jackson sudah memiliki rencana dengan pendapatan yang akan ia terima dari panennya. "Dulu saya tidak punya penghasilan. Lalu saya mendapat pelatihan, belajar bagaimana menanam jagung yang benar. Kini, saya dapat menjual dengan harga tinggi dan punya cukup uang untuk membangun rumah.
Antje Diekhans/Yuniman Farid
Editor: Ayu Purwaningsih