Pemerintah Somalia Tawarkan Amnesti
11 Agustus 2011Siaran berita yang disampaikan Radio Mogadishu selalu diawali dengan sebuah musik orkes. Namun dalam beberapa hari ini, tampaknya radio milik pemerintah transisi lebih banyak menyampaikan sesuatu ketimbang musik. pada berita pertama, setiap jam dilaporkan mengenai mundurnya kelompok pemberontak Al Shabaab dari ibukota Somalia.
Secara mengejutkan, akhir pekan lalu, kelompok milisi Islamis itu menyerahkan kendali mereka atas Mogadishu. Dengan menumpangi truk-truk, para pejuang militan meningglkan kota. Juru bicara Al Shabaab, Ali Mohamud Rage menyebutkan penarikan itu merupakan langkah taktis. Kelompok milisi akan kembali menyerang. Mereka juga mempertahankan posisi mereka di seluruh Somalia.
Kenyataannya, dalam beberapa hari terakhir, masih terjadi pertempuran melawan pemberontak di Mogadishu. Tentara pemerintah dan pasukan Uni Afrika menggempur sel-sel kelompok Al Shahaab. Utusan khusus PBB untuk Somalia, Augustine Mahiga, khawatir bahwa milisi kini berkonsentrasi dengan taktik gerilya baru: „Mereka menetapkan metode yang mereka anggap terbaik. Mereka akan menyerang dari belakang dengan menggunakan orang-orang sebagai tameng. Mereka akan mengirim pembom bunuh diri.“
Pemerintah Somalia yakin, akan dapat menjaga kekuasaan. Mereka mencoba untuk memperlemah al Shabab hingga ke tatanan dasar dan menawarkan pemberontak untuk bebas dari jeruji penjara, bila mau menyerahkan senjata. Namun tawaran ini tak berlaku bagi pimpinan pemberontak. Melainkan hanya masa pengikut yang banyak terdiri dari kaum muda.
Juru bicara pemerintah, Abdirahman Osman mengatakan: „Kabinet telah lama mendiskusikan ini dan mengambil keputusan. Kami siap memberi pengampunan terhadap para remaja al Shabaab yang salah arah. Jika mereka meninggalkan milisi, kami akan lindungi dan mencoba mengembalikan lagi ke masyarakat. Ini lebih pada demi kepentingan Somalia, ketimbang balas dendam.“
Masih terdapat sekitar 9000 anggota dalam kelompok milisi itu. Sebagian dari mereka berkumpul secara terbuka di Mogadishu, meski sebagian besar dari mereka berada di selatan negara tersebut. Sekitar dua juta orang di Somalia menderita kelaparan dan kelompok milisi menutup akses masuknya bantuan internasional.
Orang-orang yang kelaparan mengambil rute perjalanan panjang ke ibukota atau negara-negara tetangga. Musseh Hassan, yang bekerja di kamp pengungsian di Mogadishu menjelaskan: „Mayoritas warga yang kemari, badannya sangat lemah. Namun kami tak punya apapun untuk memberi mereka makan. Palang Merah membawa hanya sedikit selimut dan kebutuhan pangan, tentu cepat habis.”
Setelah mundurnya milisi Al Shabaab dari ibukota, mengurus puluhan ribu pengungsi di ibukota juga masih merupakan tantangan menakutkan. Kamp-kamp masih beroperasi, namun makin hari makin banyak pengungsi yang datang. PBB memperingatkan adanya banjir pengungsi yang mungkin terjadi pada pekan-pekan mendatang.
Diekhans / Purwaningsih
Editor : Pasuhuk