Kemelut Rencana Perlindungan Iklim di Tengah Resesi
21 Oktober 2008Waktu sudah mendesak. Sampai bulan Desember tahun 2008, para kepala negara dan kepala pemerintahan Uni Eropa harus menyepakati paket tindakan perlindungan iklim. Namun krisis keuangan menjadi masalah yang lebih mengemuka.
Menteri Lingkungan Hidup Italia Stefana Prestigiacomo menyebut rencana perlindungan iklim Uni Eropa tidak bisa diterima dunia industri Italia, karena mereka harus membayar dana tambahan perlindungan iklim sebesar sekitar 25 milyar Euro.
Sementara Menteri Lingkungan Hidup Jerman Sigmar Gabriel menanggapi krisis keuangan telah disalahgunakan sebagai alasan. Namun baginya, dengan paket perlindungan iklim itu banyak yang dipertaruhkan:
"Saya percaya bahwa kita sudah harus mengatakan, yang pertama: bahwa paket perlindungan iklim dan energi Uni Eropa tidak diragukan lagi merupakan proyek politik terbesar Uni Eropa. Kita membahasnya di sini tak lebih dan tak kurang sebagai perubahan sistem energi bagi masyarakat industri kita. Kedua, kita menjadi panutan bagi pertanyaan, apakah usaha bersama untuk menumbuhkan perekonomian dan kesejahteraan yang selaras dengan perlindungan iklim, berfungsi atau tidak?“
Namun Gabriel, sebagaimana juga sejumlah menteri lingkungan Uni Eropa lainnya, meminta persyaratan yang lebih ringan dan pengecualian bagi cabang industri tertentu. Misalnya untuk industri otomotif Jerman yang memproduksi mobil mewah serta industri yang membutuhkan energi besar seperti baja, kimia dan pabrik semen.
"Kita ambil contoh industri semen Spanyol. Dalam waktu yang singkat, untuk berkompetisi dengan industri semen Marokko, harus berhati-hati, agar mereka tak kalah berkompetisi. Bagaimana kita tetap sanggup berkompetisi di pasar internasional, sementara yang lainnya di dunia tak memutuskan perlindungan iklim yang sama, apa yang dapat kita lakukan?”
Pertanyaannya adalah bagaimana Uni Eropa mengimbangi kerugian yang akan dialami. Pada dasarnya kesamaan kepentingan ini tak diragukan lagi. Tapi banyak yang mencemaskan, mengenai banyaknya pengecualian ini pada akhirnya akan menjadikan tujuan akhir perlindungan iklim terlupakan.
Sementara itu Komisaris Lingkungan Hidup Uni Eropa Stavros Dimas berusaha menghapus keraguan Italia dan negara lainnya, yang memandang kewajiban perlindungan iklim sangat mahal biayanya. Dalam kondisi krisis keuangan dia justru memandang ini dapat menjadi sebuah landasan untuk lebih serius lagi dalam perlindungan iklim:
"Karenanya, kita mendorong investasi dan inovasi teknologi ramah lingkungan, kita menciptakan lapangan kerja bagi energi terbarukan, kita mengurangi ketergantungan dari impor minyak dan kita menyesuaikan perekonomian rakyat dalam sebuah masa depan rendah emisi karbon diokisda, yang tidak akan terhindarkan lagi.“(ap)