1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Disipiplin Saat Bersepeda Agar Tak Jadi Klaster Corona

10 Agustus 2020

Pakar mengatakan tren bersepeda di tengah pandemi, berpotensi jadi klaster corona jika masyarakatnya tak patuh protokol kesehatan. Warga diminta disiplin untuk pulang setelah gowes bareng dan tidak kumpul-kumpul.

https://p.dw.com/p/3ghfN
Tren bersepeda di masa pandemi
Foto: Detik/A. Pambudhy

Pakar kesehatan masyarakat mengingatkan beberapa aktivitas sehari-hari potensial memicu lahirnya klaster COVID-19. Kegiatan gowes bareng dan nongkrong-nongkrong termasuk di antaranya.

Di tengah pandemi, kegiatan nongkrong-nongkrong diyakini makin marak. Keharusan untuk stay at home membuat sebagian orang, khususnya kaum muda, mencari kompensasi dengan kumpul-kumpul dan itu meningkatkan risiko penularan.

Prof. dr. Ascobat Gani, MPH, DrPH, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia juga menyinggung tren bersepeda yang akhir-akhir ini sedang naik daun. Kecenderungan untuk gowes bareng dan berkerumun, dinilainya juga rentan memicu penularan.

"Kedua, adanya kelompok sport bersama, misalnya gowes. Kemarin ada yang gowes satu kelompok banyak yang positif, jadi klaster sendiri," sebutnya dalam siaran pers di channel YouTube BNPB baru-baru ini.

Aktivitas lain yang disorot adalah 'hajatan' seperti acara adat dan pernikahan yang belakangan mulai banyak diadakan. Tanpa menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak, kegiatan seperti ini dinilai bisa meningkatkan risiko penularan.

Perlu kedisiplinan

Beberapa waktu lalu, sebanyak 21 tenaga kesehatan di RS RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Blitar, positif virus Corona, diduga tertular dari komunitas gowes. Ini jadi pengingat bahwa olahraga yang seharusnya menyehatkan bisa menghadirkan petaka jika disiplin tidak dijaga di tengah pandemi virus Corona COVID-19.

Dokter yang juga pegiat olahraga bersepeda, dr. Risayogi Sitorus, menyayangkan masih banyak pesepeda yang abai pada protokol kesehatan saat berkegiatan. Menurutnya, perilaku abai protokol kesehatan terutama terjadi saat para pegowes berkerumun dan melakukan aktivitas lain usai bersepeda.

"Dipamerkan di sosmed (social media), orang lihat dan ikut-ikutan. Makin ramai, pelanggaran terjadi, berkumpul menjadi lebih lima orang," tutur dr Risayogi saat dihubungi detikcom Rabu (22/07).

"Setelah selesai ya pulang. Kalaupun mau kumpul, jangan ditempat indoor karena kalo indoor, udara muternya di situ doang, jadi resikonya juga kena. Kalau di udara terbuka, tetap ada risiko tapi bisa mengurangi transmisi dari penularan. Selesai olahraga bareng, pulang," tegasnya. (Ed: pkp/rap)

Baca selengkapnya di: detiknews

Awas! Nongkrong-nongkrong dan Gowes Bareng Potensial Jadi Klaster Corona

Sehatnya Bersepeda 'Ambyar' Gara-gara Tak Patuhi Protokol COVID-19