180511 Westerwelle Kronberger Gespräche
18 Mei 2011Bersejarah, kata ini sering terdengar bila Guido Westerwelle berbicara tentang perubahan di dunia Arab. Menteri Luar Negeri Jerman itu tidak kikir melontarkan kata-kata yang merujuk pada keunggulan atau paling baik, untuk menekankan arti terobosan besar yang diraih seluruh kawasan, sejak Revolusi Melati di Tunisia.
Tampaknya Westerwelle menemukan pelepasan di kawasan Maghreb. Dalam perjalanan dinas pertamanya sebagai Menteri Luar Negeri 'full time', ia tampak bekerja dengan bebas. Ini tentang musim semi dunia Arab, bukan krisis di partainya FDP atau sikap Jerman terhadap misi militer Libya. "Jerman mendengar seruan akan kebebasan, dan kami berdiri di pihak para pendukung demokrasi. Terobosan ini terutama merupakan pencapaian para perempuan dan lelaki yang berani di Afrika Utara dan Timur Tengah," dikatakan Westerwelle.
Jerman ingin mendampingi negara-negara yang ingin melakukan reformasi, terutama Tunisia, Mesir dan Maroko, dalam menapaki langkah menuju demokrasi. Tapi Westerwelle juga tahu, bahwa ini tak ada kaitannya dengan nilai-nilai universal seperti kebebasan dan demokrasi. Selama dua tahun ke depan, dalam anggaran Kementrian Luar Negeri akan mengalir dana tambahan 50 juta Euro untuk apa yang disebut perubahan bentuk kemitraan. Dengan dana itu Jerman akan mendukung pengembangan lembaga peradilan yang independen, membangun kemitraan antar universitas dan bekerjasama lebih erat dengan negara-negara Afrika Utara di bidang energi terbarukan dan dalam rangka prakarsa Desertec.
Tetapi, yang lebih penting dari keterlibatan Jerman adalah isyarat jelas dari Uni Eropa, kata Westerwelle. "Buah revolusi harus dirasakan juga di kalangan masyarakat luas, karena proses reformasi sudah dimulai, tetapi proses ini tak dapat diubah. Karena itu saya menekankan di Eropa bahwa kita datang ke Tunisia, Mesir atau Maroko bukan hanya untuk berinvestasi, tetapi sebaiknya, kita juga harus lebih membuka pasar di Eropa, untuk barang-barang dari negara-negara dimana demokrasi tengah dirintis dengan berani."
Fakta bahwa Maroko tidak berpaling dari jalan menuju reformasi, walaupun terjadi serangan teror di Marakesh akhir April, merupakan isyarat penting bagi Westerwelle. Terdapat banyak bukti bahwa Islam dan demokrasi tidak saling bertentangan. Untuk itulah Raja Maroko Mohamed VI mengajukan perubahan konstitusi. Kini giliran Eropa untuk keluar dari pandangan lama mereka dan memperbaharui politiknya terhadap kawasan Magribi. Kini saatnya untuk bekerjasama.
"Kawasan ini bertetangga langsung dengan benua Eropa dan kami memiliki kepentingan besar bukan hanya agar gelombang pengungsi tidak membengkak, tetapi lebih agar kondisi demokratis yang stabil dan damai dapat merata di kawasan tetangga kami,“ Westerwelle menambahkan.
Alexander Göbel/Renata Permadi
Editor: Hendra Pasuhuk