011210 Chanukka Weihnachten
20 Desember 2010Natal dalam Bahasa Jerman, Weihnachten. Kesamaan elemen dalam perayaan Weihnachten dan Chanukka, diistilahkan dengan Weihnukka. Weihnukka adalah fenomena yang ditemui di keluarga-keluarga Yahudi lebih dari satu abad silam, kata Norbert Reichling, kepala Musium Yahudi di Dorsten. Perayaan Natal dan Chanukka yang seringkali bersamaan waktunya, melahirkan fenemona ini.
"Warga Yahudi Jerman sebetulnya merayakan keduanya. Ada anekdot tentang seorang anak perempuan Yahudi yang melihat keluar jendela dan berkata pada ibunya, Mami, tetangga yang orang Kristen itu juga punya pohon Natal," dikatakan Norbert Reichling.
Daripada harus memilih salah satu, warga Yahudi di Jerman memutuskan untuk merayakan keduanya. Sebuah karikatur di jaman Republik Weimar menggambarkannya dengan baik, dimana Chanukia, pelita bertangkai delapan khas Yahudi, bertransformasi menjadi pohon Natal khas Jerman.
Chanukia adalah simbol utama perayaan Chanukka, yang mengingatkan pada mukjizat yang terjadi 164 tahun sebelum Kristus lahir. Setelah berhasil direbut kembali, sebuah bait yang hancur di Yerusalem hendak diresmikan ulang. Tetapi minyak untuk Menora, pelita bertangkai tujuh, hanya cukup untuk satu hari. Lalu mukjizat terjadi. Minyak itu ternyata cukup untuk delapan hari. Dan kini, selama itulah perayaan Chanukka berlangsung.
Ada dugaan, umat Kristen mengadaptasinya menjadi lilin Advent. Kesamaan lain, kata pendeta Protestan, Harald Klimek, anak-anak mendapat hadiah, ada sajian penganan gurih dan kue-kue manis, dan lilin-lilin dinyalakan. Pendeta Klimek yakin, perayaan Natal meminjam banyak hal dari Chanuka. "Chanukka dirayakan saat umat Kristen belum memikirkan Natal. Perayaan Natal baru muncul abad ke empat, dan saya pikir orang melihat ini apa, itu apa, untuk lebih dekat pada kesamaan akar ini.“
Igor Epstein, seorang musisi, juga mengenali campuran tradisi ini. Ia pria Yahudi yang sudah 20 tahun lebih hidup di Köln. Tapi ia besar di Rusia, dimana dalam keluarga Yahudi ada kebiasaan yang mengingatkan pada Natal. "Anak-anak mendapat hadiah pada 31 Desember, bukan dari mama dan papa tetapi "Ded Moros“, seorang kakek bertubuh besar, dengan jenggot dan rambut putih, berpakaian merah putih. Santa Claus ala Rusia.“
Sebagai pemusik berlatar tradisi Yahudi dan sebagai warga kota Köln, Igor Epstein juga memadukan musik Yahudi dan Kristiani. Baginya hal itu semacam pengertian antar bangsa. Musik khusus Weihnukka, gabungan Natal dan Chanukka, memang belum ada. Mungkin Igor Epstein yang pertama mengembangkannya. Ia ingin menggubah berbagai lagu Natal agar terdengar seperti musik Yahudi. Tapi lebih dari itu, Igor Epstein tak mau membocorkannya.
Sandra Stalinski/Renata Permadi
Editor: Yuniman Farid