Warga Indonesia Dievakuasi dari Libya ke Tunisia
25 Februari 2011Pemerintah memutuskan untuk mengevakuasi warga Indonesia dari Libya ke Tunisia karena opsi ini dinilai paling memungkinkan. Juru bicara kementerian Luar negeri, Michael Tenne, menyatakan, evakuasi pertama Jumat sore waktu Tripoli itu, akan dilakukan dengan menyewa pesawat Tunis Air. Sebagian besar WNI yang dievakuasi ini merupakan para pegawai perusahan PT Wika yang bekerja di Libya.
“Salah satu alasan juga mengapa menggunakan Tunis Air ini karena mereka sudah ada regular flight dari Tripoli ke Tunisia sehingga mereka tidak memerlukan ijin khusus," tutur Tenne.
Sebanyak 201 karyawan PT Wika ditambah dengan sejumlah warga negara Indonesia lainya yang berjumlah total sekitar 260 orang, kini telah siap untuk dievakuasi. "Yang penting mereka dikeluarkan dulu, berangkat ke Tunisia, disitu nanti akan diatur lagi dibantu KBRI Tunisia langkah selanjutnya apakah mereka akan kembali langsung ke Indonesia atau langkah selanjutnya,” tambahnya.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 875 warga Indonesia yang tinggal di Libya dan kebayakan mereka tinggal di daerah sekitar ibukota Tripoli.
Pemerintah sebelumnya telah membentuk satgas Tim evakuasi WNI menyusul krisis politik di sejumlah negara Arab, namun sejauh ini belum ada keputusan resmi untuk melakukan evakuasi lanjutan WNI dari Libya.
“Saya sendiri di Kementerian Luar negeri belum tahu perkembanganya mengenai evakuasi tahap berikutnya.Sebagian besar warga kita di Libya itu adalah tenaga kerja formal, mereka bekerja di perusahan perusahan baik nasional maupun perusahaan asing sehingga sebagain mereka difasilitasi oleh perusahan tempat mereka bekerja, misalnya PT Wika ini, kata Tenne lagi.
Menurut Michael Tenne, KBRI di Tripoli saat ini telah menyiapkan diri untuk menampung warga Indonesia jika situasi memburuk. Meski demikian Tenne mengakui pemerintah masih kesulitan mengontak para pekerja informal yang jumlah resminya saja mencapai lebih dari seratus orang.
“Memang yang jadi tantangan adalah mereka yang bekerja di sektor informal di rumah -rumah pribadi ya. Ini memang ada tantangan tersendiri untuk bisa menghubungi mereka. Apalagi yang menjadi kesulitan adalah apabila mereka hingga saat ini tidak pernah mendaftarkan diri di kedutaan. Itu kan yang terdata ada sekitar 875 yang 700 lebih itu yang formal atau pelajar, tukasnya.
Sejauh ini informasi yang diperoleh kementerian Luar negeri menyebutkan kondisi di Kota Tripoli, tempat asrama mahasiswa dan mess karyawan yang ditinggali WNI, memang lebih aman dibanding kota lain. Namun situasi bisa memburuk dengan cepat seiring dengan krisis politik yang masih berlangsung.
Zaki Amrullah
Editor: Hendra Pasuhuk