1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Wamen BUMN Sebut Longspan LRT Gatsu-Kuningan Tidak Optimal

2 Agustus 2023

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap 'borok' proyek LRT Jabodebek, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.

https://p.dw.com/p/4Uf35
Instalasi longspan Kuningan untuk proyek LRT Jabodebek
Instalasi longspan Kuningan untuk proyek LRT JabodebekFoto: detikcom

LRT Jabodebek ditargetkan operasi pada bulan ini. Namun, proyek ini punya sejumlah catatan.

"Ini juga menarik juga salah satu project yang impossible mission juga ini dulu. Ada project namanya LRT Jabodebek nanti 28 Agustus commercial operation date COD," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam acara InJourney Talks, Selasa (01/08).

"Ini project juga salah kedaden (sesuatu yang salah terjadi) juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa, jadi dulu itu dengan berbagai macam teori bikin lah ini program kereta tanpa masinis," sambungnya.

Tiko mengungkap, ada enam komponen dalam proyek ini, di antaranya prasarana disiapkan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, persinyalan oleh PT Len Industri (Persero), dan lain-lain.

Namun, Tiko mengatakan, tidak ada sistem integrator pada proyek ini. Padahal, pada proyek besar seharusnya ada.

"Jadi semua komponen project ini berjalan liar, tanpa ada integrator di tengah," katanya.

Ketika menangani proyek ini, ia pun membuat project management office (PMO) untuk memastikan integrasinya tercipta. Ia pun kemudian mengungkap 'borok' proyek ini, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.

"Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," kata Tiko.

"Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget," tambahnya.

Lanjutnya, hal itu terjadi karena pembangunan prasarana tidak berkomunikasi dengan pihak yang membangun sarananya. Tak cuma itu, ia juga sempat menerima keluhan dari Siemens. Hal itu lantaran spesifikasi kereta antara satu dengan yang lain berbeda-beda.

"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. Pak ini software-nya naik cost-nya, kenapa, spec keretanya INKA ini baik dimensi, berat maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain. Jadi 31 kereta beda spec semua, jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar supaya bisa meng-capture berbagai macam spec tadi itu," paparnya.

Longspan LRT Gatsu-Kuningan disebut tak optimal, insinyur buka suara

Merespons hal tersebut, Arvilla Delitriana, insinyur yang mendesain longspan LRT Jabodebek Gatot Subroto-Kuningan mengatakan, yang berwenang menjawab persoalan tersebut ialah Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Untuk ini, yang berwenang menjawab adalah dari pihak DJKA Kementerian Perhubungan, yang mendesain alinyemennya," katanya kepada detikcom, Selasa (01/08).

Perempuan yang akrab disapa Dina ini mengatakan, timnya kemudian menyesuaikan desain struktur dan pondasinya. Dia mengatakan, kekuatan struktur menyesuaikan kecepatan LRT yang lewat.

"Tim kami tinggal menyesuaikan desain struktur dan pondasinya saja. Kekuatan struktur menyesuaikan kecepatan LRT yang lewat, yang dibatasi dengan kondisi alinyemen tersebut," ujarnya.

Ia menambahkan, alinyemen sudah mempertimbangkan sejumlah hal di antaranya keterbatasan lahan.

"Tapi sekedar memberikan gambaran yang disampaikan ke saya, alinyemen tersebut sudah mempertimbangkan banyak hal, terutama masalah keterbatasan lahan yang apabila mengakomodir alinyemen yang lebih baik, sehingga laju kereta bisa lebih cepat, maka pembebasan lahan yang dibutuhkan akan sangat banyak dan mahal biayanya," terangnya.

Dikutip dari laman Adhi Karya, pembangunan sebuah jalan memerlukan adanya perencanaan yang disebut dengan geometrik atau alignment. Dalam Bahasa Indonesia, alignment dikenal sebagai istilah alinyemen.

Perencanaan geometrik dimaksudkan agar dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan bagi penggunanya. Perencanaan ini dititikberatkan pada perencanaan fisik, sehingga bisa memberi pelayanan optimal pada arus lalu lintas.

Perencanaan geometrik jalan dibagi menjadi dua, yakni Horizontal Alignment dan Vertical Alignment. Horizontal Alignment biasanya tegak lurus pada bidang peta, atau bisa juga termasuk tikungan dan belokan. Sedangkan Vertical Alignment adalah garis yang dibentuk oleh bidang vertikal seperti puncak tanjakan dan lembah turunan. (ha)

 

Baca selengkapnya di: Detik News

Wamen BUMN Sebut Longspan LRT Gatsu-Kuningan Tidak Optimal

Longspan LRT Gatsu-Kuningan Disebut Tak Optimal, Insinyur Buka Suara