Video: Batu Adalah Baterai Masa Depan
17 Mei 2016Dalam sejarahnya manusia tidak pernah kesulitan memproduksi energi. Tantangan terbesar justru terletak pada teknologi penyimpanan. Ketika baterai konvensional terlalu ringkih buat menyokong fluktuasi produksi energi terbarukan, ilmuwan menelurkan beragam ide untuk menabung produksi energi berlebih.
Salah satu ide cemerlang adalah ARES, Advanced Rail Energy System, yang digagas sebuah perusahaan start-up teknologi AS bernama sama. Konsep yang diracik ARES tergolong sederhana: sebongkah batu raksasa, rel kereta dan sambungan listrik.
Serupa seperti prinsip penyimpanan energi mengandalkan air, ARES menyimpan energi berlebih lewat gerakan kereta. Metode yang berasal dari abad ke 19 itu nyatanya cukup efektif buat menjawab masalah masa depan.
Setiap surplus energi yang diproduksi panel surya atau kincir angin nantinya akan digunakan buat menggerakkan kereta api elektrik dengan muatan batu berbobot 9600 ton menaiki bukit setinggi 600 meter.
Jika dibutuhkan, kereta lalu digerakkan turun ke bawah. Ketika meluncur turun kereta akan memproduksi ulang energi yang telah digunakan lewat sistem pengereman regeneratif, serupa seperti sistem KERS pada mobil Formula 1 yang kini bisa ditemukan pada mobil elektrik sekelas Toyota Prius.
ARES kini sedang membangun proyek ujicoba di gurun Nevada, California, dengan nilai investasi mencapai 55 juta Dollar AS atau sekitar 600 miliar Rupiah. Proyek tersebut memiliki kapasitas sebesar 50 Megawatt dan mampu memproduksi energi setara 12,5 megawatt/jam.
Namun begitu ARES mengakui proyek Nevada terlalu kecil untuk bisa mencetak keuntungan finansial. "Lima puluh megawatt tidak bisa dikatakan berskala ekonomis," kata Direktur ARES, James Kelly kepada UtilityDive seperti dilansir Wired. "Kami lebih efisien jika proyeknya lebih besar."
rzn/as (wired,utilitydive, wikipedia)