Turki Persiapkan Diri Hadapi Gempa
22 Januari 2010Turki dan para ilmuwan internasional yakin : gempa bumi akan kembali terjadi di negara itu. Lebih dari 10 tahun yang lalu, gempa terakhir terjadi di Izmit -menewaskan 18 ribu orang. Gempa berikutnya diperkirakan akan lebih besar lagi. Karena itu dalam beberapa tahun terakhir, para pakar di Turki disibukkan dengan tiga pertanyaan penting menyangkut gempa, yaitu : kapan akan terjadi, dimana akan terjadi, dan seberapa besar kerusakan yang mungkin ditimbulkan. Dogan Kalafat dari Universitas Boasici menjelaskan, "Pertanyaan dimana dan seberapa besar bisa kita jawab langsung dengan kuota kesalahan tertentu. Tetapi untuk menentukan kapan akan terjadi sangat lah sulit. Memang bisa juga dilakukan dengan berbagai data statistik, tetapi kuota kesalahan bisa mencapai plus minus 10 hingga 20 tahun."
Episentrum gempa mungkin akan terjadi di Laut Marmara. Gempa di Turki terjadi berdasarkan suatu rute tertentu yang disebut sebagai patahan Anatoli Utara. Ini berarti, kota Istanbul akan turut menjadi korban. Pertanyaan yang ditakutkan adalah berapa banyak warga yang akan tewas akibat gempa itu? Hikmet Cakmak, wakil gubernur Istanbul, mulai mempersiapkan diri dari Agustus tahun lalu. Rencana penyelamatan dan penampungan bagi korban telah dirancang, rumah sakit khusus bagi korban gempa telah didirikan dan kelompok relawan juga dibentuk. "Fondasi untuk manajemen bencana telah ada. Termasuk komunikasi, informatika, stabilisasi dan pendidikan dalam kondisi darurat. Bagi kami lebih penting strategi untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana, dibandingkan persiapan untuk rekonstruksi setelah bencana. Dalam 10 tahun terakhir inilah perubahan terpenting dalam mentalitas kami."
Ini bisa dilihat melalui rencana besar penanganan gempa pemerintah Turki yang mulai dijalankan setahap demi setahap. Banyak jalan tol dan jembatan yang sudah diperkuat. Recep Salci dari organisasi penyelamatan Akut menambahkan, bahwa warga Turki sendiri juga harus turut terlibat. "Mereka harus memeriksa apakah rumah tinggal mereka tahan gempa. Kemudian, lemari dan perabotan-perabotan besar di dalam rumah harus stabil dan tidak mudah jatuh. Terakhir setiap rumah tangga harus memiliki rencana apa yang akan dilakukan dalam keadaan darurat." Secara teori, hal ini masuk akal bagi warga Turki. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak. Sebagian besar masyarakat Turki tampak pasrah. Mereka mengatakan, jika Tuhan menginginkan mereka untuk mati, maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Killian Pfeffer / Vidi Legowo-Zipperer
Editor : Hendra Pasuhuk