Turki dan Suriah Mendekat Berkat Trump?
26 November 2024Pada 2012 silam, Recep Tayyip Erdogan yang saat itu menjabat perdana menteri Turki, bersumpah bahwa "kita segera akan bersembahyang di kota Damaskus bersama saudara-saudara kita," ujarnya merujuk pada kejatuhan diktatur Bashar al-Assad. "Dia tidak lagi punya masa depan di Suriah," imbuhnya.
Ramalannya itu urung jadi kenyataan. Kekuasaan dinasti Assad kini justru menguat, meski kehilangan sebagian wilayah negeri. Sejak itu, hubungan antara Damaskus dan Ankara meruncing.
Namun ketegangan di perbatasan diyakini akan bisa cair melalui intervensi bakal Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Namun keterlibatannya bukan hanya memungkinkan damai, menurut pemerintah Suriah, tapi juga menyimpan potensi kerusakan.
Erdogan sebagai pelindung kawasan?
"Pemulihan hubungan antara Ankara dan Damaskus akan bergantung pada dinamika relasi pribadi antara Trump dan Erdogan," kata pakar politik Suriah, Ahed al-Sukkari, kepada DW melalui layanan pesan pendek. Sukkari merupakan anggota Partai Baath yang berkuasa, dan kini menjabat sebagai wakil presiden Komisi Hubungan Internasional di parlemen.
"Erdogan melihat kembalinya Trump sebagai keuntungan," tulisnya. "Dia ingin memanfaatkan momentum ini untuk kepentingan sendiri, dengan menempatkan diri sebagai pelindung kawasan, dan dengan cara itu menghimpun dukungan politik, militer dan ekonomi."
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Jika, sebagaimana masa jabatannya yang pertama, Trump menekan Erdogan, Turki akan terdorong untuk memulihkan hubungannya dengan Suriah dan menggeser poros politik semakin ke arah Rusia dan Iran," menurut al-Sukkari.
Aliansi pragmatis
Ankara telah mendukung oposisi Suriah sejak awal perang saudara pada tahun 2011. Namun demikian, baru-baru ini ada sinyal pemulihan hubungan antara para pemimpin kedua negara. Pertemuan kedua kepala negara bahkan direncanakan, namun belum terealisasi. "Sebagai dua negara dengan masyarakat Muslim, kami ingin bersatu kembali secepat mungkin,” kata Erdogan musim panas ini.
Dalam hubungan Turki-Suriah, hubungan pribadi lainnya juga memegang peranan penting, yaitu hubungan antara Vladimir Putin dan Erdogan. Kremlin telah menawarkan dirinya sebagai mediator dalam pembicaraan antara Damaskus dan Ankara. Moskow dianggap sebagai sekutu terpenting Suriah. Presiden Rusia Putin menjaga hubungan pribadi yang baik dengan Erdogan.
Menurut Zaur Gasimov, pakar hubungan Turki-Rusia di Universitas Turki-Jerman di Istanbul, kerja sama ini bersifat "emosional, sangat dinamis, stabil, fungsional, tidak bersifat ideologis, dan berorientasi masa depan."
Damaskus tuntut penarikan pasukan Turki
Diktator Suriah juga tampak terbuka terhadap normalisasi, namun hanya dengan satu syarat, penarikan tentara Turki di Suriah utara. Namun, Ankara belum mengambil langkah apa pun ke arah ini.
Dengan menempatkan tentara Turki di Suriah utara, Ankara secara resmi bermaksud mencegah kesatuan wilayah di wilayah yang dikuasai pasukan Kurdi. Erdogan bahkan beberapa pekan lalu memberi isyarat bahwa Ankara berencana melancarkan operasi militer baru di Suriah.
Ekonomi, bukan senjata
AS juga memiliki tentara yang ditempatkan di Suriah.Pasukan tersebut sebagian besar berlokasi di bagian timur negara tersebut, khususnya di provinsi Deir Ezzor, dan mendukung pasukan lokal dalam perang melawan ISIS."Kehadiran tentara Amerika di Suriah sangat merugikan,” jelas pakar Gasimov. "Mengingat melemahnya militer Iran dan Rusia di Suriah, Trump sebenarnya bisa menarik pasukan dan memindahkan mereka ke pangkalan militer lain di wilayah tersebut.”
Dalam penilaiannya, Trump akan memprioritaskan kepentingan ekonomi di Timur Tengah, jelas Zaur Gasimov. "Pentingnya Turki bagi AS semakin meningkat baik dari segi geopolitik dan geoekonomi.”Bagi pakar kebijakan luar negeri Suriah, Sukkari, penarikan pasukan AS dari Suriah kemungkinan besar akan menjadi bagian dari perjanjian geopolitik yang lebih besar. Keputusan seperti itu akan bergantung pada perang di Gaza dan Lebanon serta hubungan Washington dengan Teheran dan Moskow.
Bergantung pada Assad
Meskipun pemulihan hubungan politik dengan Turki akan menjadi keberhasilan besar bagi diktator Suriah yang terisolasi, Erdogan berharap hal ini akan membawa kelegaan politik dalam negeri. Pasalnya, dukungan terhadap sekitar 3,4 juta pengungsi Suriah di Turki telah berubah dari simpati dan bantuan awal menjadi penolakan yang semakin besar.
"Suriah telah menjadi arena konflik militer dalam krisis Timur Tengah saat ini. Hal ini melemahkan perekonomian Suriah dan ruang politik bagi manuver pemerintahan Assad,” jelas pakar Gasimov.
Jika krisis Timur Tengah terus berlanjut, Turki memperkirakan akan terjadi peningkatan migrasi pengungsi dari Suriah dan Lebanon.Dengan Assad yang bersahabat, kembalinya orang-orang ini ke tanah air mereka akan lebih realistis dibandingkan saat ini, katanya.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman