1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Turki dan Arab Saudi Mendekat Lewat Bisnis dan Investasi

27 November 2024

Betapapun ketegangan diplomatik dan krisis ekonomi yang melanda, pengusaha Turki ramai-ramai membanjiri Arab Saudi, berebut proyek infrastruktur dan konstruksi. Tapi seberapa lama kemesraan itu bertahan?

https://p.dw.com/p/4nTUe
Recep Tayyip Erdogan dan Mohammed bin Salman di Jeddah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Jeddah, 2023Foto: Saudi Press Agency/REUTERS

Hubungan diplomatik antara Ankara dan Riyadh sejatinya meregang sejak pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul pada tahun 2018. Saat itu, respons keras Presiden Recep Teyyep Erdogan dijawab dengan aksi boikot terhadap produk-produk Turki.

Pemerintah di Riyadh bahkan mengimbau warganya untuk tidak berwisata atau berinvestasi di Turki.

Namun, awan gelap yang menaungi kedua negara perlahan berganti menyambut musim semi. Riyadh dan Ankara kini terkesan berusaha fokus meningkatkan hubungan ekonomi. Pragmatisme ekonomi adalah pendekatan yang dipilih Putra Mahkota Mohammad Bin Salman dan Presiden Recep Tayyip Erdoğan demi mempercepat pemulihan.

Pemulihan di jalur cepat

Niat itu diupayakan melalui sejumlah pertemuan pada tahun 2024, di mana perwakilan bisnis dan pejabat publik dari kedua negara bertemu untuk membahas prospek kerja sama.

Pada "Forum Investasi dan Bisnis Turki-Arab Saudi" pada 16 Februari, Menteri Ekonomi Turki Mehmet Şimşek mengatakan, betapa "Arab Saudi berusaha menjangkau pengusaha Turki. Mereka juga ingin bekerja sama dengan perusahaan Turki."

Why is Saudi Arabia investing billions in sports?

Sebulan kemudian, Forum Bisnis Internasional ke-27 dari asosiasi bisnis Islam konservatif Turki MÜSIAD berlangsung di Riyadh. Setelah sekitar dua setengah bulan, perwakilan dari asosiasi bisnis terbesar Turki TÜSIAD mengunjungi Arab Saudi. Erdogan dan bin Salman terakhir bertemu pada 11 November di Riyadh.

Rekam ekspor Turki

Volume perdagangan bilateral, yang sempat anjlok ke level USD265 ribu pada tahun 2021 akibat pembunuhan Khashoggi, saat ini telah kembali ke kisaran USD5 miliar per tahun.

Pada tahun 2022, ekspor Turki ke Arab Saudi meningkat 450 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 1,5 miliar dolar AS, dan pada tahun 2023 menjadi 2,3 miliar dolar AS. Rekor jumlah ekspor tercatat antara Januari dan September 2024, dengan volume 2,9 miliar euro.Turki terutama mengekspor mesin, karpet dan furnitur ke Arab Saudi, sedangkan Arab Saudi terutama menjual produk kimia ke Turki.

Perdagangan bilateral menjadi semakin penting, demikian konfirmasi perwakilan bisnis. "Kami meningkatkan ekspor kami ke Arab Saudi hampir 80 persen setiap bulan. Kami menyelenggarakan pameran dagang dan diskusi sepanjang waktu. Ada banyak minat terhadap produk Turki di Arab Saudi," kata Bülent Aymen, wakil presiden Asosiasi Eksportir Furnitur, kertas dan hasil hutan di Mediterania, AKAMIB, kepada DW.

Di sektor furnitur, Turki merupakan produsen terbesar ketiga setelah Cina dan Italia. "Tren ini merupakan bukti potensi Turki yang menjanjikan,” tambahnya.

Turki giat berinvestasi

Menurut Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki, DEIK, sekitar 200 perusahaan Turki kini aktif di Arab Saudi, terutama di bidang konstruksi, energi, kesehatan, makanan, furnitur, dan pariwisata. Pasca rekonsiliasi kedua kepala negara, perusahaan Turki mendapat berbagai kontrak infrastruktur di Arab Saudi yang total nilainya sekitar 10 miliar dolar AS. Dalam tiga kuartal pertama tahun 2024, perusahaan konstruksi Turki menerima pesanan terbanyak dari Arab Saudi secara global, senilai USD2,3 miliar.

Arab Saudi sedang menggiatkan pembangunan infrastruktur setelah target tahunan Visi Arab Saudi 2030 yaitu 100 juta wisatawan tercapai. Berbagai proyek saat ini sedang dilaksanakan di dua belas kota untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendorong pembangunan ekonomi. Di sini, perusahaan Turki diperkirakan akan menghasilkan USD20 miliar di tahun-tahun mendatang.

Proyek besar di tangan Turki

IC Turki İçtaş İnşaat, misalnya, diberikan kontrak proyek pembangunan jembatan terbesar Arab Saudi.

“Di tengah jalur antara Hijaz dan Damaskus, kami sedang membangun dua jembatan di dekat Riyadh. Proyek ini saja bernilai USD500 juta. Setelah itu, kami akan membangun jembatan tertinggi di negara ini, Jembatan Wadi Laban, hanya dalam waktu 36 bulan," kata Ilker Öksüz, anggota dewan di IC İçtaş İnşaat, dalam sebuah wawancara dengan DW.

EU sets hopes on Saudi Arabia's influence in the Middle East

Perusahaan yang kini bermarkas di Riyadh itu juga membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Turki, Akkuyu, dan jembatan ketiga yang melintasi Bosphorus. Perusahaan juga membangun terminal di Bandara Raja Khalid di Riyadh senilai USD1,5 miliar.

Potensi besar di bidang energi

“Keterlibatan perusahaan-perusahaan Turki sedang meningkat, khususnya di bidang infrastruktur dan konstruksi. Investasi ini memperkuat pasar tenaga kerja kedua negara,” kata Haşim Süngü, Presiden Dewan Bisnis Turki-Saudi, kepada DW.

Dia mengakui, hubungan dagang yang positif masih berada dalam tahap awal dan akan dikembangkan lebih lanjut, kata Süngü. Ramalannya: Kedua negara juga akan bekerja sama di bidang energi dalam waktu dekat.

"Pengalaman Arab Saudi di bidang minyak dan gas serta minatnya terhadap energi terbarukan dipadukan dengan keahlian Turki di bidang ini. Fokusnya adalah pada proyek-proyek di bidang energi surya dan angin. Dengan proyek bersama, kedua negara ingin pasokan energi dan peningkatan energi terbarukan,” kata Süngü.

Seberapa berkelanjutan?

Namun, tidak semua ahli optimis. Periode "damai dan gembira” dalam hubungan perdagangan belum tentu berlanjut di masa depan, menurut Eyüp Vural Aydın, konsultan di Pusat Nasional Privatisasi dan Kemitraan Publik-Swasta (NCP) Arab Saudi.

Turki tidak memiliki “rencana strategis” untuk mendapatkan pangsa pasar Saudi yang lebih besar. Persaingan terbesar di pasar Saudi adalah antara Amerika Serikat, Tiongkok dan Prancis, katanya dan menambahkan:

"Ya, ada peluang besar bagi Turki. Namun akan lebih baik bagi semua orang yang terlibat jika perusahaan dan otoritas Turki bekerja sama sebagai bagian dari sebuah rencana. Tiongkok, misalnya, menandatangani perjanjian investasi dengan Arab Saudi tiga bulan lalu senilai 50 miliar dolar AS. Turki juga membutuhkan langkah-langkah seperti itu."

 

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

Burak Ünveren
Burak Ünveren Editor multimedia dengan fokus pada kebijakan luar negeri Turki dan hubungan Jerman-Turki.