Trump "Dorong" Penggunaan Kekerasan terhadap Clinton
10 Agustus 2016
Donald Trump, calon presiden AS dari Partai Republik, ibaratnya menyulut hujan api dan geledek setelah melontarkan pernyataan kontroversial baru. Hal semacam itu sebenarnya tidak asing lagi, tapi kali ini pernyataannya bisa dimengerti sebagai dorongan untuk melakukan kekerasan terhadap saingannya, Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Menurut jajak pendapat paling anyar, Clinton yang pernah menjabat menteri luar negeri didukung lebih banyak orang daripada Trump.
Dalam kampanyenya, Hillary Clinton beberapa kali menyatakan akan membatasi kepemilikan senjata api di AS dengan cara memperketat hukum, jika ia terpilih jadi presiden AS. Sementara Trump menuduh Clinton berusaha menghapus sepenuhnya hak kepemilikan senjata api yang jadi tradisi di negara paman Sam itu..
Di depan pendukungnya yang antusias Selasa kemarin, Trump menyatakan, para pendukung kepemilikan senjata api masih bisa menghentikan upaya Clinton, jika Clinton berhasil mengalahkannya dalam pemilu presiden mendatang. Partai Demokrat segera memberikan reaksi tajam terhadap Trump dan menyebutnya mengusulkan penggunaan kekerasan terhadap Clinton.
Trump salah sebut fakta
"Hillary berusaha menghapus Amandemen Kedua," demikian dikatakan Trump di North Carolina. Ia merujuk pada kalimat dalam konstitusi AS yang menyatakan, "hak rakyat untuk memiliki dan membawa senjata api tidak boleh dilanggar." Trump menambahkan, jika Hillary memilih hakim yang mendukung politiknya, tidak akan ada yang melakukan apapun. Tapi mungkin ada orang yang mendukung Amandemen Kedua?. Demikian dikatakannya, seolah menyerukan para pendukung kepemilikan senjata api untuk bertindak.
Pada kenyataannya, Hillary Clinton berulang kali menyatakan dukungan kepada Amandemen Kedua. Ia hanya berniat memperketat undang-undang kepemilikan senjata api di negaranya di mana terjadi 372 kasus penembakan masal yang menyebabkan 475 orang tewas dan 1.870 cedera pada tahun 2015 silam.
Setelah kegaduhan tambah dahsyat, Trump berusaha menenangkan dan menyangkal. Dalam wawancara dengan Fox News yang merupakan media corong partai Republik, milyarder itu mengatakan, ia yakin semua pendukungnya tahu bahwa ia merujuk kepada kekuatan suara rakyat lewat jalan hukum, bukannya "menganjurkan" kekerasan terhadap Clinton. Tim kampanye Trump juga berusaha meredam kontroversi dengan pernyataan yang menuduh media menyebarkan interpretasi yang diplesetkan.
Tema kepemilikian senjata adalah salah satu masalah besar yang jadi perdebatan utama dalam kampanye pemilu presiden AS, yang akan diselenggarakan November mendatang.
ml/as (Reuters, AFP, AP)