Tren Baru di Jerman – Tidak Dibuang tapi Diperbaiki
20 Agustus 2012Bangunan Café Reparasi di kota Köln sama sekali tidak mengingatkan pada kedai kopi umumnya, sebaliknya lebih pada sebuah bengkel. Di dinding ruang utama tampak tergantung berbagai perkakas. Tidak ada meja dan kursi bagi para pengunjung café. Café ini hanya menyediakan bangku-bangku. Dapur yang dilengkapi mesin pembuat kopi yang terletak di sebelah ruang utama hampir sama sekali tidak terlihat. Namun demikian, setiap orang yang datang ke sini merasa nyaman seperti di rumah sendiri.
Hans Hoffmann kerap datang ke café ini. Kali ini ia datang membawa sebuah radio yang sudah berusia 30 tahun. Hans Hoffman sudah mendatangi beberapa tempat reparasi, namun tidak ada yang sanggup memperbaiki radio miliknya. Alasannya, biaya perbaikan dan harga suku cadang terlalu mahal.
Namun baginya, radio yang terlihat masih baru ini terlalu sayang untuk dibuang begitu saja. Hans Hoffmann, seperti yang dikatakannya, termasuk kelompok masyarakat yang baru membuang barang jika barang tersebut sama sekali tidak bisa diperbaiki lagi. Baik itu sepeda, rak atau vas bunga yang telah rusak: sebelum benda-benda tersebut dibuang ke tempat sampah, terlebih dahulu ia berusaha memperbaikinya atau jika tidak berhasil mempreteli bagian-bagian yang masih bisa dimanfaatkan. Namun Hans Hoffmann tidak atau belum berani memperbaiki barang elektronik.
Prakarya sebagai Hobi Baru
Satu organisasi swadaya masyarakat di kota Köln, yang aktif dalam upaya perlindungan lingkungan, baru-baru ini membuka sebuah Café Reparasi untuk menunjukkan sikap menentang budaya sekali pakai, yang membuat semakin menggunungnya tumpukan sampah. Sekitar 40 anggota yang bekerja sukarela terlibat dalam café yang diberi nama Dingfabrik. Mereka menawarkan lokakarya kerajinan tangan dan pertukangan kepada anak-anak dan juga orang dewasa secara gratis.
Ide Café Reparasi mulanya muncul di Belanda. Di negara ini, sejak bertahun-tahun sudah terdapat tempat-tempat prakarya yang terbuka untuk semua orang. Semakin banyak produsen yang memang mengeluarkan produk yang sengaja untuk dipakai sekali. Ini membuat ongkos perbaikan biasanya jauh lebih mahal daripada jika kita membeli yang baru.
“Istilah teknisnya adalah “Keusangan yang Direncanakan“. Misalnya jika setelah masa garansi berakhir sebuah mesin pembuat kopi atau telefon genggam menjadi rusak atau lebih tepatnya: harus rusak,“ dijalaskan Alexander Speckmann, salah seorang pendiri Café Reparasi.
Selain di Köln, satu Café Reparasi juga bisa dijumpai di kota Berlin. Pengunjung yang datang ke café seperti ini adalah terutama mereka yang tidak memiliki uang untuk mengikuti kursus atau lokakarya komersil atau mereka yang tidak “tega“ membuang barang rusak begitu saja.
Membuang Barang Hanya Menguntungkan Industri
Alexander Speckmann sudah muak dengan budaya sekali pakai. Karena bahwa semakin sedikitnya barang yang bisa diperbaiki merupakan tujuan pihak industri. Semakin sedikitnya barang yang bisa diperbaiki berarti semakin tingginya konsumsi.
Sangat susah untuk memperbaiki barang, terutama barang generasi terbaru. “Jika kita bisa menjual satu produk lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih menguntungkan, ini meningkatkan keuntungan kita,“ dijelaskan Speckmann menurut perhitungan industri. Pada dasarnya, kita sangat senang jika satu perangkat dapat tahan lebih lama dan lebih mudah diperbaiki, juga oleh masyarakat awam. Karena, mesin kopi, MP3 player atau televisi murah, yang setelah dua tahun rusak dan harus dibuang, merupakan harga mahal yang harus dibayar lingkungan dan konsumen.
Gratis dan Menyenangkan
Café Reparasi bukanlah saingan bagi mereka yang menawarkan jasa reparasi, seperti reparasi radio atau televisi. Yang ditangani Café Reparasi terutama perangkat yang biasanya akan dibuang. Di sini, para pengunjung mendapat pengarahan, bimbingan dan dukungan untuk memperbaiki sendiri peralatan mereka yang rusak.
Selain itu, para relawan di Café Reparasi berusaha menanamkan rasa tanggungjawab atas penggunaaan barang-barang konsumsi. Karena dewasa ini, banyak produsen memperoduksi perangkat yang hanya tahan untuk beberapa jangka waktu. Jadinya, konsumen diharapkan memilih barang yang lebih mahal namun tahan lama dan jika nantinya harus diperbaiki jatuhnya juga tidak terlalu mahal dibanding dengan harga beli baru.
Wajah Hans Hoffmann, yang tengah mengutak-ngatik radio lamanya, tampak gembira mendapatkan radionya yang kini bisa dihidupkan kembali. Hanya tombol untuk memadamkan dan menyalakan radio yang masih rusak. Dan karena radio ini dibuat begitu kokoh, perbaikannya masih akan memakan sedikitnya satu hari lagi. Tidak masalah bagi Hans Hoffman, ia akan datang kembali ke café ini. Pengalaman yang selama ini didapatkan di Café Reparasi sangat bermanfaat baginya dan menyenangkan. Selain ini, perbaikan dan pengalaman ia peroleh secara cuma-cuma.