Tragisnya Nasib Anak-Anak Penderita Kanker di Suriah
Di rumah sakit anak Damaskus, dokter bergulat dengan masalah kurangnya obat-obatan khusus bagi para pasien kecil. Ini bukan saja diakibatkan oleh perang saudara yang berlarut-larut di negara tersebut.
Kurang Sarana Berobat
Enam tahun konflik menyebabkan layanan kesehatan di Suriah hampir lumpuh. Padahal dulu pernah jadi salah satu yang terbaik di Timur Tengah. Tidak sampai 50% rumah sakit di negara itu berfungsi. Sekitar 200 anak berobat di Rumah Sakit Anak Damaskus tiap pekannya. Lebih dari 70% datang dari luar ibukota.
Sanksi Hambat Impor Obat?
Ini foto sejumlah pasien kanker yang menunggu pengobatan di Rumah Sakit Anak Damaskus. Pejabat organisasi kesehatan lokal dan dunia menyalahkan sanksi Barat berupa pembatasan impor farmasi, walaupun suplai medis sebagian besar tidak terkena dampak sanksi dari AS dan Uni Eropa.
Pemotongan Sokongan Negara
Pemotongan anggaran bagi kesehatan oleh pemerintah, merosotnya nilai mata uang dan efek tak langsung sanksi menyebabkan tambah parahnya kesengsaraan pasien yang perlu obat-obatan dari luar negeri. Sebelum perang pecah, Suriah produksi sendiri 90% obat-obat yang dibutuhkan. Tapi obat kanker memang dari dulu diimpor.
Harga Sangat Mahal
WHO di Suriah mengatakan, impor obat-obatan terkena pemotongan besar anggaran kesehatan dari pemerintah sejak mulainya perang tahun 2011. Selain itu, merosotnya nilai mata uang Pound Suriah hingga 90% menyebabkan harga obat sangat mahal.
Bukan Sekedar Kurang Dana
"Sanksi ekonomi atas Suriah juga berdampak negatif pada penyediaan obat-obat spesial termasuk obat anti kanker," demikian Elizabeth Hoff, perwakilan WHO di Syria. "Sanksi mencegah banyak perusahaan asing untuk mengadakan bisnis dengan Suriah. Juga mencegah bank-bank asing untuk mengurus transaksi bagi obat-obatan impor."
Pasien Menunggu Pengobatan
Bocah bernama Fahd ini penderita kanker. Ia bermain dengan ponselnya, sementara ibunya duduk di sebelah tempat tidurnya. Sanksi AS dan Uni Eropa tidak mencakup obat-obatan dan pertolongan kemanusiaan. Tetapi sanksi berupa pembatasan transaksi keuangan dan bisnis dengan pemerintah Suriah, sanksi secara tidak langsung berdampak pada perdagangan obat-obatan.
Penundaan Pengobatan
Basma, sebuah lembaga bantuan swasta berusaha membantu dengan membiayai obat anti kanker bagi keluarga miskin. Jumlah pasien yang butuh sokongan lembaga itu meningkat dari 30% hingga hampir 80% sejak perang mulai. Demikian keterangan manager Rima Salem. Salem menilai penundaan pengobatan sangat mengkhawatirkan, karena bisa menyebabkan kematian anak. Penulis: Nadine Berghausen (ml/vlz)