Tawaran Pemberontak bagi Gaddafi
9 Maret 2011"Muammar Gaddafi memiliki waktu 72 jam untuk meninggalkan negara ini.“ Jika ia menerima tawaran tersebut, ia tidak akan dituntut secara hukum. Itu dikatakan Mustafa Abdel Jalil, pemimpin Dewan Nasional yang didirikan oposisi di Benghazi. Mantan Menteri Kehakiman Libya itu menjelaskan, wakil Gaddafi, yaitu sekelompok pengacara dari ibukota Tripoli, telah menjelaskan tawaran perundingan kepada para pemberontak.
Dalam siaran televisi Arab Al Arabiya, Jalil mengatakan, "Kami menetapkan tiga syarat. Pertama-tama, Gaddafi harus mengirimkan utusan khusus. Kedua, tawarannya juga harus berisi bahwa ia akan meninggalkan Libya selamanya. Ia harus hidup dalam pengasingan. Artinya, ia tidak boleh melakukan aktivitas militer dan politik. Ketiga, mencegah tumpahnya darah saudara-saudara kami di Az-Zawiyah dan Misrata, yang sekarang dijatuhi bom dari udara dan dari panser. Mungkin rakyat Libya akan bersedia tidak mengajukan Gaddafi dan anak-anaknya ke depan pengadilan.“
Sementara itu, wakil pemerintah menyangkal bahwa ada perundingan dengan pemberontak. Seorang juru bicara di Tripoli mengatakan, berita itu tidak berdasar sama sekali.
Pertempuran Terus Berlangsung
Apakah perundingan itu terjadi atau tidak, yang jelas pertempuran sengit terus berlangsung dan tidak mereda. Pasukan Gaddafi berkali-kali menyerang kota-kota yang dikuasai pemberontak. Serangan terhadap pelabuhan minyak di Ras Lanuf dilakukan dengan jet tempur. Banyak warga kota telah melarikan diri. Bin Jawwad, yang sebelumnya berada di tangan pemberontak, dikabarkan kembali dikuasai militer. Sementara di kota Misrata dan Az-Zawiyah, yang terletak sekitar 50 km dari ibukota Tripoli, pertempuran terus berlangsung.
Di sekitar kota Sirte, yang menjadi kota kelahiran Gaddafi, dikabarkan telah ditempatkan sejumlah besar ranjau. Seorang saksi mata melaporkan dari Wadi Ahmar, di sebelah timur Sirte. "Di sekitar daerah pemukiman Wadi Ahmar ditempatkan banyak ranjau. Padahal itu bukan daerah perbatasan dan bukan zona militer tertutup. Kami tidak mengerti, apa tujuan aksi militer ini,“ demikian saksi mata.
Zona Larangan Terbang
Sementara itu organisasi kemanusiaan "Dokter Lintas Batas“ berusaha untuk membawa bantuan medis ke wilayah-wilayah di mana pertempuran berlangsung dan memberikan perawatan bagi orang-orang yang cedera. Sejak 24 Februari lalu, organisasi itu telah mendatangkan 22 ton perlengkapan medis di Benghazi yang terletak di bagian timur Libya.
Demikian keterangan pers dari organisasi itu. Sebuah tim dokter juga telah mengunjungi rumah sakit di kota Ajdabiya, yang terletak di antara Benghazi dan Brega, di mana pertempuran masih berlanjut. Akibat pertempuran mereka tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Brega.
Sekarang Dewan Kerjasama Teluk dan Organisasi Konferensi Islam telah menyatakan dukungan bagi didirikannya zona larangan terbang di seluruh Libya. Akhir pekan mendatang Liga Arab akan membicarakan keadaan di Libya.
Bettina Marx / Marjory Linardy
Editor: Luky Setyarini