Abschluss Euro-Gruppe
18 Mei 2011Yunani sejak setahun terakhir tergantung dari uang bantuan Uni Eropa dan lembaga pemberi kredit internasional. Penggunaan anggaran negara Yunani berada di bawah pengawasan ketat. Pemerintah ibaratnya secara politik keuangan berada di bawah perwalian. Sejauh ini sudah dikucurkan kredit senilai 50 milyar Euro kepada Yunani. Sejumlah pemotongan dan paket penghematan diterapkan dan diperintahkan kepada warga Yunani.
Walaupun begitu, hal tersebut tidak mencukupi. Beban utang terus meningkat, ekonomi tidak bergulir. Aparat negara Yunani terlalu besar, ekonominya secara internasional tidak mampu bersaing. Sementara penerimaan dari pajak, akibat terlalu banyaknya celah untuk lolos dan pasar gelap serta pekerja ilegal, terlalu kecil. Sejauh ini Yunani tidak mampu meraih satu Euro-pun dari penjualan kekayaan negaranya. Penyebabnya, tidak ada pembeli atau pemerintah hanya setengah hati dalam penjualannya.
Apa yang dilakukan Uni Eropa dalam situasi ini? Mereka hanya menunggu. Para menteri baru akan mengambil keputusan bulan Juni. Jika laporan pengawas anggaran dari Yayasan Mata Uang Uni Eropa dan Bank Sentral Eropa untuk Yunani sudah disampaikan. Yang sudah terlihat sejak sekarang adalah, defisit yang dilaporkan di sana, akan lebih besar dibanding perkiraan semula.
Selanjutnya sudah dapat diperkirakan, pemerintah Yunani harus melakukan usulan paket penghematan berikutnya. Pemerintah harus memotong gaji secara besar-besaran, menghentikan tunjangan sosial dan mengintensifkan pemasukan dari pajak. Jika itupun tidak menolong, barulah dibicarakan restrukturisasi utang. Dalam arti pembebasan sebagian utang bagi Yunani, yang mana dalam hal ini para pemberi kredit swasta, termasuk bank-bank di Jerman dan Perancis serta negara lainnya di Eropa harus ikut serta.
Bagaimana restrukturisasi utang akan dilakukan, apakah secara keras atau lunak, lewat pemotongan sebagian utang atau perpanjangan waktu pembayaran cicilan dan pengurangan suku bunga secara bertahap, menjadi tema sengketa sengit di kalangan para pakar maupun para menteri keuangan Uni Eropa. Operasi semacam itu, dengan mempertahankan prinsip mata uang bersama Euro, sejauh ini belum pernah terjadi di Eropa. Dampaknya tidak ada yang dapat meramalkan. Karena itulah para politisi takut untuk mengambil keputusan.
Tapi hal itu harus diputuskan secepatnya. Sebab, setiap bulan risikonya akan terus meningkat, juga ketidakamanan, dan pada akhirnya semua itu akan menjadi beban ongkos bagi semua pembayar pajak di Eropa. Restrukturisasi utang dan awal baru bagi Yunani, tidak dapat diperoleh secara gratis. Eropa harus bersikap solidaritas, karena memang tidak ada pilihan lain. Program bantuan yang terus meningkat, mengikuti gaya lembaga payung penyelamat, akan mengarah pada jalan buntu.
Contoh Yunani harus dijadikan pelajaran bagi pemberian kredit kepada Portugal. Dari awal, di Portugal harus diterapkan program penghematan secara konsekuen. Juga impuls pertumbuhan bagi ekonomi harus diperhatikan. Utang negara Portugal tidak boleh melewati kemampuannya seperti di Yunani.
Mata uang bersama Euro tidak berada dalam ancaman bahaya. Juga setelah restrukturisasi utang, mata uang bersama itu akan tetap berfungsi. Walaupun demikian, menimbang keputusan yang akan diambil dalam waktu dekat, keputusasaan semakin melebar. Paling tidak, di banyak negara Eropa, dukungan politik dalam negeri bagi haluan solidaritas keuangan tidak terbatas, yang sebelumnya cukup kokoh kini mulai retak.
Bernd Riegert/Agus Setiawan
Editor: Andriani Nangoy