Tahun Buruk bagi Kebebasan Pers
19 Desember 2012“Tahun yang sangat mematikan,” dikatakan Ulrike Gruska dari Reporters Without Borders RWB, organisasi non-pemerintah yang mengawasi dan mendukung kebebasan pers. “88 wartawan kehilangan nyawa saat melaporkan peperangan dan serangan bom,“ dikatakan dalam laporan. ”Atau mereka dibunuh oleh para mafia penyeludup narkoba, oleh kelompok Islam militan atau atas perintah pejabat yang korup.“
Tahun 2012, terutama berbahaya bagi jurnalis warga, blogger dan wartawan internet, tahun lalu hanya lima orang tewas dan tahun ini 47, 44 diantaranya di Suriah. “Sebagai reporter, pembuat film dan fotograf, mereka mendokumentasikan peristiwa di Suriah dan juga aksi pemerintah,“ dikatakan juru bicara RWB Ulrike Gruska. “Tanpa laporan mereka, kita tidak dapat mengetahui apa-apa dari beberapa wilayah di Suriah, juga tidak mengetahui pembantaian yang dilakukan pasukan pemerintah.“
Korban di Suriah
Makam bagi wartawan, demikian RWB menyebut Suriah yang tengah dilanda perang. “Masalah utama yang dihadapi para jurnalis di Suriah adalah mereka kerap terjebak dalam baku tembak,“ dikatakan Nils Metzger, editor Zenith, majalah Jerman yang berfokus pada dunia Arab dan Islam. “Banyak pemberontak menggangap para karyawan televisi pemerintah bukan sebagai pengamat perang yang netral. Terutama kelompok Islamis, mereka secara terarah menyerang wartawan dari media pemerintah, menculik dan mengeksekusi.“
Juga para karyawan media berbahasa Rusia menghadapi bahaya besar di Suriah, dikatakan Nils Metzger, yang pada bulan Oktober 2012 melakukan penelitian di Suriah. Sebanyak 65 pekerja media tewas di Suriah pada tahun 2012 saat mereka menjalankan profesi. 21 ditahan, termasuk Mazen Darwish.
“Di Suriah, menjadi wartawan bagaikan langkah menuju lahan penuh ranjau,“ digambarkan Mazen Darwish, wawancara di Damaskus pada Meret 2011. Terdapat banyak tabu. Beberapa diketahui umum, seperti isu politik, hak asasi manusia atau mengenai rezim Suriah. Selain itu, masih terdapat batas-batas yang tidak terlihat, yang tidak boleh dilangkahi.
Mazen Darwish, yang berusia 38 tahun, berjuang bagi kebebasan pers sejak delapan tahun lamanya. Ia antara lain mendirikan Pusat Suriah untuk Kebebasan Media dan Berekspresi. Pada bulan Februari 2012, Mazen Darwish ditangkap dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Untuk komitmenya, RWB menganugrahkan penghargaan kepada Mezan Darwish. Penghargaan Reporters Without Borders 2012 juga diterima hhariah Afghanistan 8Sobh (Pukul 8 Pagi).
Tempat Berbahaya bagi Wartawan
Tahun yang hitam, demikian dinyatakan RWB dalam laporan mengenai Somalia, di mana 18 wartawan tewas, belum pernah terdapat korban tewas sebanyak ini dalam setahun. Di Pakistan, 10 waratwan dan seorang pekerja media tewas. Selama bertahun-tahun, Pakistan merupakan salah satu tempat paling berbahaya bagi kerja wartawan, dikatakan RWB.
Juga bahaya mengancam wartwan di Meksiko, terutam jika mereka menulis mengenai kejahatan terorganisis, perdagangan narkoba dan keterkaitan antara bos kriminal dengan pegawai pemerintah. Di negara ini, enam wartawan tewas di tahun 2012. RWB juga menyebut Brasil sebagai tempat yang paling berbahaya. Lima reporter terbunuh di Brasil. Dua diantara mereka tewas dibunuh karena menginvestigasi perdagangan narkoba.
Rekor Wartawan yang Ditahan
Angka-angka lain yang tercantum dalam laporan RWB juga memprihatinkan: lebih dari 1.000 wartawan dan blogger ditangkap pada tahun 2012. Sekitar 2.000 wartawan menerima ancaman atau diserang.
Saat ini, dipenjara di seluruh dunia disekap 193 wartawan, 70 diantaranya di Turki. Menurut RWB, penyekapan 42 wartawan Turki ada hubungannnya dengan profesi mereka. Di Cina, sekitar 100 wartawan dan jurnalis warga ditahan, dan sebagian besar dari mereka ditahan bertahun-tahun dalam kondisi yang buruk. Sering kali, para pejabat daerah yang korup berada di balik penahanan wartawan ini.
Di Eritrea, Afrika Timur, saat ini terdapat 28 wartawan yand dipenjara. Diantara mereka ada yang dipenjarakan dalam sel tersendiri atau di sel bawah tanah, demikian dilaporkan RWB. “Sebagai satu kediktarotan totaliter terakhir dan sebagai yang terakhir dalam Indeks kebebasan pers kami, Eritrea menahan para wartawan dan membiarkan mereka membusuk di penjara. Bahkan hanya dengan kecurigaan paling kecil, mereka dipandang sebagai ancaman nasional atau memiliki pandangan kritis terhadap pemerintah.“
Wartawan juga menghadapi bahaya di negara negara lain, seperti Oman dan Kuba. Kritik keras juga ditujukan pada Iran. Di Afrika, situasi menghawatirkan terutama di Mali Utara. Dalam laporan tahun 2012, Reporters Without Borders tidak melayangkan kritik terhadap negara-negara Barat.