Suasana Kota Marawi Masih Mencekam
25 Mei 2017Ribuan serdadu dan lusinan kendaraan lapis baja berjaga-jaga di kota Marawi di Filipina Selatan setelah serbuan kelompok teror yang berafiliasi dengan Islamic State, Selasa (23/5). Sedikitnya 21 orang tewas dalam pertempuran ketika militer menggerebek tempat persembunyian Isnilon Hapilon, gembong teror Filipina yang masuk dalam daftar teroris paling dicari di dunia oleh Amerika Serikat.
Oleh Washington, nyawa Hapilon dihargai lima juta Dollar AS.
Namun operasi tersebut berujung fatal. Bala bantuan yang dikerahkan Hapilon menyisir Marawi sembari membakari gedung, menyandera sebuah jemaah gereja dan membarikade kota dari dunia luar. Tidak ada indikasi pasukan Filipina berhasil menangkap Hapilon, meski setelah Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan status darurat militer selama 60 hari.
Hingga kini suasana di Marawi masih mencekam. Suara tembakan dan ledakan granat masih bisa terdengar dan asap hitam membumbung dari pusat kota. "Pada malam hari kami mendengar suara tembakan," kata Mohammad Usman, 49, yang mengungsi ke luar kota seperti penduduk lainnya. Duterte mengatakan seorang kepala polisi lokal dicegat di tengah jalan oleh kaum militan dan dipenggal kepalanya.
Hapilon yang diklaim fasih berbahasa Arab mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State pada 2014. Ia adalah komandan Abu Sayyaf dan dilaporkan terluka oleh serangan udara militer Januari silam.
Selain Abu Sayyaf, sekelompok kecil militan Islam bernama Maute juga terlibat dalam pengepungan kota Marawi. Mereka diduga mendalangi bom teror di Davao City yang menewaskan 15 orang pada September 2016.
Namun Maute mengalami pukulan telak saat militer membombardir dan menggerebek lokasi persembunyiannya di dekat kota Piagapo, tidak jauh dari Marawi. Di sana pasukan pemerintah menemukan bahan peledak, granat, seragam militer dan sejumlah paspor, termasuk milik beberapa militan asal Indonesia.
rzn/yf (ap,rtr)