Somalia Harus Dibantu
3 Mei 2013Tragedi di Somalia sudah dilupakan dunia. Menurut laporan terbaru PBB, dari Oktober 2011 sampai April 2012 hampir 260.000 orang meninggal karena kelaparan, lebih setengahnya anak-anak.
Apa yang terjadi? Konflik di Somalia telah berkembang menjadi tragedi kemanusiaan besar. Milisi radikal Shabab dulu beraksi secara brutal. Banyak lembaga bantuan yang meninggalkan negara itu. Baru sekarang data bisa dikumpulkan. Jumlah korban kelaparan jauh lebih banyak dari yang diduga semula.
PBB mengakui bahwa bantuan memang terlambat disalurkan, Tapi masalah utamanya adalah aksi milisi Shabab, yang tidak mengijinkan penyaluran bantuan.
Masyarakat internasional cukup lama tidak ingin terlibat dalam konflik di Somalia, karena kuatir misi bisa gagal seperti tahun 90-an. Negara-negara barat mendukung masuknya tentara Etiopia yang dianggap musuh oleh Somalia. Ini malah menyulut radikalisasi penduduk setempat.
Setelah pasukan Uni Afrika dikerahkan, situasi mulai membaik. Kelompok radikal berhasil dihalau dari Somalia Selatan. Mereka meninggalkan ibukota Mogadishu, walaupun masih melakukan perlawanan bawah tanah.
Pemerintah baru Somalia membawa sedikit harapan. Akhir tahun lalu, Hassan Sheik Mohamud diangkat menjadi presiden. Ia mantan dosen yang menyebut dirinya sebagai seorang Islam liberal. Organisasi bantuan mulai datang kembali ke Somalia.
Awal baru ini harus didukung. Misalnya dengan bantuan konkret untuk membangun kembali infrastruktur di Somalia. Perang sudah menghancurkan sebagian besar sarana publik. Jika terjadi lagi musim kering, masyarakat Somalia kembali terancam kelaparan.
Somalia perlu bantuan. Masyarakat internasional harus berusaha menanggulangi bencana kelaparan yang mengancam negara miskin di Afrika ini.