SMS Bukan Tandingan Aplikasi Pesan Sosial
12 Oktober 2012Tampaknya semakin banyak pengguna smartphone lebih menyukai jejaring sosial dan aplikasi pesan sosial ketimbang jalur komunikasi tradisional seperti SMS. Akibatnya, menurut perusahaan konsultan telekomunikasi Ovum, perusahaan-perusahaan penyedia jaringan telpon genggam akan menelan kerugian hingga 23 miliar Dolar atau 17,7 miliar Euro tahun ini.
"SMS sebagai sebuah teknologi jelas sudah ketinggalan jaman karena anda hanya bisa mengirim satu pesan kepada satu orang," jelas analis Ovum, Neha Dharia, kepada DW.
Layanan lainnya lebih menarik karena mereka menawarkan lebih banyak pilihan kepada pengguna, tambah Dharia. Pengguna dapat berbagi pesan suara dan gambar, serta menelpon secara gratis.
Laporan Ovum menunjukkan bahwa perusahaan penyedia jaringan telpon genggam di Eropa dan Asia Pasifik harus menanggung beban dengan berkurangnya pemasukan. Hal ini mendorong para operator untuk mencari solusi sendiri.
Di Eropa, sejumlah perusahaan menarik biaya lebih besar untuk paket data, sementara perusahaan lainnya membundel paket telpon dengan SMS.
Deutsche Telekom mulai menawarkan beragam paket langganan dua setengah tahun lalu "sebagai bentuk reaksi terhadap perubahan pasar," ungkap juru bicara Deutsche Telekom kepada DW.
Operator Jerman tersebut juga mulai berupaya untuk menandingi para kompetitor dengan meluncurkan aplikasi yang diberi nama Joyn. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat bertukar gambar dan melakukan panggilan video dengan gratis. Telefonica, AT&T dan NTT DoCoMo juga memilih cara yang sama.
Jalan panjang menanti
Namun masa sulit masih menghadang industri telekomunikasi. Kerugian bisa mencapai lebih dari dua kali lipat pada tahun 2016 menurut perkiraan Ovum.
Sebagai contoh, aplikasi pesan sosial WhatsApp yang kini begitu populer di Belanda. Aplikasi tersebut dapat dijumpai di lebih dari 5,5 juta smartphone di Belanda, dengan 80 persen pelanggan menggunakannya sedikitnya sehari sekali menurut Telecomparer. Pertumbuhan WhatsApp dan layanan serupa secara jelas meraup pemasukan operator telpon genggam.
Tahun ini, KPN sebagai perusahaan penyedia jaringan terbesar di Belanda melaporkan 29% penurunan jumlah pesan teks yang terkirim di kuartal kedua dibandingkan tahun lalu.
"Bisnis SMS telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bagi para operator untuk bertahun-tahun. Laba yang didapat dari setiap SMS antara 70 hingga 90 persen," tukas Julien Blin, seorang analis dari Infonetics Research. Dengan miliaran pesan teks yang terkirim setiap tahun, tentu tidak mengherankan kalau pemasukan operator terpukul oleh persaingan dari Facebook dan sejenisnya, tambah Blin.
"Infrastruktur GSM tidak dibangun untuk SMS, sehingga pemasukan dari SMS benar-benar murni laba karena infrastruktur GSM hanya dibutuhkan untuk panggilan suara," ujar Dan Bieler dari Forrester Research.
Bieler memperkirakan penyedia jaringan mendapat sekitar 15 hingga 25 persen pemasukan dari bisnis SMS sebelum paket internet menjadi incaran.
Semakin banyak yang gratis
Para analis menilai terlalu dini untuk mengetahui apakah paket bundel yang kini ditawarkan dapat menutupi kerugian pemasukan operator, meski marjin laba dapat mencapai hingga 90 persen. Namun masih banyak yang dipertaruhkan.
Dario Talmesio, seorang analis dari Informa, berargumen bahwa mempertahankan pelanggan lebih penting daripada teknologi yang perusahaan operator gunakan dalam sebuah jaringan. "Kehilangan uang tidak separah kehilangan hubungan dengan pelanggan," tandas Talmesio.
Talmesio mengindikasikan peran pesan sosial akan menjadi semakin berharga bagi perusahaan penyedia jaringan sebagai sarana baru untuk mengumpulkan data pelanggan ataupun menjual produk.