Skandal Schavan Cemari Dunia Ilmiah Jerman?
7 Februari 2013Pada kenyataannya pada beberapa tahun terakhir menteri pendidikan dan riset Annette Schavan dapat mendulang sukses internasional. Di Jerman lebih dari 500 ribu orang yang mengandalkan pendapatan dari pekerjaan riset dan pengembangan. Jerman adalah negara unggulan, jika menyangkut ekspor produk yang melalui riset secara intensif dan hak produk paten yang relevan di pasar dunia. Juga ilmuwan-ilmuwan asing menghargai Jerman sebagai lokasi untuk penelitian berkualifikasi tinggi. Tahun 2010 saja 3700 kandidat doktor luar negeri yang menulis dan menyelesaikan disertasinya di Jerman. Dengan 47 persen lulusan doktor di jurusan MIPA. 15 persen bibit ilmuwan muda datang untuk mengambil gelar doktor di bidang teknik di Jerman.
Juga insinyur muda Manushanka Balasubramanian dari India, Anna Fontana dari Italia dan Valeria Gracheva dari Rusia memilih Jerman sebagai lokasi penelitiannya dan menulis disertasi doktornya di sini. Sebagai upaya menarik minat bibit ilmuwan muda internasional, kementerian pendidikan dan riset yang dipimpin Schavan menggunakan motto "Ada banyak alasan mengambil gelar doktor di Jerman," seperti yang bisa dibaca pada situs internet kementerian tersebut. „Pertama: Citra luar biasa gelar doktor Jerman."
"Tentu saja skandal-skandal semacam itu dapat mengurangi kepercayaan terhadap pekerjaan ilmiah di sini," pendapat yang juga disampaikan ilmuwan muda asal Italia Anna Fontana. Sungguh hal yang paradoks, dimana justru menteri pendidikan dan riset yang seharusnya menampilkan kualitas tinggi riset ilmiah, yang terlibat sendiri dalam skandal plagiat.
Bahwa Anna Fontana mau menyampaikan pendapat tentang tema ini, sungguh merupakan keberanian yang besar. Kandidat doktor badan riset lainnya menolak wawancara Deutsche Welle mengenai tema ini. Mengenai Annette Schavan, tidak ada komentar. Schavan dan kementerian riset Jerman adalah pemberi dana untuk badan riset tempat Anna melakukan penelitian.
Calon Doktor Kembangkan Hal yang Sama Sekali Baru
Anna Fontana, Manushanka Balasubramanian dan Valeria Gracheva menulis disertasi doktornya di Jerman, karena mereka berpendapat, di sini terdapat kondisi penelitian yang optimal. Pada kenyataannya, Institut Fraunhofer untuk Fisika Frekuensi Tinggi dan Teknik Radar (FHR) di kawasan Wachtberg dekat Bonn memang lokasi yang istimewa. Sejak beredarnya film Jurassic Park, generasi anak-anak benar-benar yakin, bahwa di kubah putih yang tampak dari jauh itu, dilakukan pembibitan dinosaurus. Pada kenyataannya bangunan bulat itu adalah kubah radar terbesar di dunia. Di bagian dalamnya terdapat radar pengamat ruang angkasa TIRA. Pintu masuk dan keluar pusat penelitian itu dijaga ketat. "Penelitian di sini adalah untuk pemanfaatan praktis, yang juga akan dijual," keterangan seorang penjaga gedung.
Gracheva misalnya meneliti di bidang pengolahan sinyal di lautan. Balasubramanian meneliti pengembangan nomor pada ladang elektromagnetis. Sementara Fontana menulis disertasi tentang pengembangan lebih lanjut radar penyampai gambar. "Dalam setiap disertasi kami itu selalu menyangkut pengembangan hal yang sama sekali baru, seperti algoritma baru atau pengukuran baru." Dijelaskan Gracheva yang lahir di Moskow, Rusia. Ketiga bibit ilmuwan muda itu secara teratur harus menyampaikan hasil-hasil penelitiannya dalam konferensi internasional. „Hal itu membuat orang merasa mendapat konfirmasi, bahwa apa yang dilakukannya benar-benar inovatif. Masalah apakah mengutip dengan benar atau tidak di sini tidak begitu dirasakan," tutur Gracheva.
Meskipun ada perdebatan mengenai disertasi Annette Schavan, ketiga calon doktor muda itu tidak khawatir adanya penilaian lebih rendah bagi hasil kerja mereka. Ketiganya percaya penuh pada prestasi risetnya masing-masing, dan terhadap dukungan doktor pembimbingnya, Joachim Ender, pimpinan bidang FHR pada Fraunhofer Institut. "Ia sungguh memperhatikan, supaya kami tidak sampai menulis integral yang salah." Nama baiknya di kancah penelitian internasional, akhirnya juga berpengaruh positif bagi nilai dan kepercayaan hasil disertasi mereka, demikian harapan ketiga peneliti muda tersebut.