Sistem Zonasi Buat Siswa Tidak Perlu Jauh Tuntut Ilmu
26 Juni 2019Sistem zonasi sekolah yang diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dinilai kurang menguntungkan bagi calon siswa yang domisilinya jauh dari zonasi sekolah yang diidam-idamkan. Sebaliknya, bagi mereka yang satu zonasi akan lebih berpeluang menimba ilmu di sekolah favorit.
Namun anggapan tersebut dimentahkan oleh pengamat pendidikan, Arief Rachman. Ia meyakini kebijakan ini memiliki efek yang baik di masa yang akan datang.
Menurut Arief, saat ini calon peserta didik berkecenderungan memilih sekolah yang dinilai mampu mengantarkan mereka menuju universitas ternama, sehinga kualitas pendidikan pun tidak merata di berbagai wilayah.
“Karena dengan adanya zonasi maka nanti anak-anak di daerah, sebut saja Maluku belajar ga usah jauh-jauh. Kalau SD, SMP, SMA, atau SMK ya di sana saja tidak perlu pergi ke Jawa. Tetapi sistem zonasi ini baru, tentu ada proses,” ujar Arief saat dihubungi oleh DW Indonesia.
Ia pun meyakini bahwa sistem zonasi secara bertahap akan memberikan pemerataan pendidikan di seluruh negeri. Nantinya dipastikan di setiap daerah akan hadir sekolah-sekolah yang bermutu tinggi.
Meningkatkan kompetisi
Lebih lanjut, Arief berpendapat jika pemerintah tidak boleh lepas tangan ketika sistem zonasi ini sudah diterapkan. Pemerintah daerah bisa ikut serta menaikkan standar mutu pendidikan di daerah masing-masing, salah satunya dengan memberikan agenda pelatihan guru-guru di sekolah, bekerjasama dengan universitas-universitas unggulan. Diharapkan di setiap daerah nantinya akan hadir sekolah-sekolah favorit bagi para calon peserta didik, tidak seperti saat ini.
“Secara bertahap nanti semua SMA harus bisa menampung semua SMP yang ada di daerah itu,” Arief menambahkan.
Kepada DW Indonesia ia mengatakan bahwa sistem zonasi akan menghadirkan kompetisi yang sehat antar sekolah negeri dengan sekolah swasta.
“Sekolah swasta nanti harus bertanding dengan sekolah negeri terutama dalam bidang pembiayaan. Kalau mutu, beberapa sekoah swasta ‘kan sudah bagus. Jadi sekolah swasta juga harus meningkatkan mutunya. Kalau bermutu pasti akan laku,” paparnya.
Arief Rachman yang juga Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menghimbau kepada orang tua murid agar tidak perlu resah dan pesimis jika anak mereka tidak bisa masuk ke sekolah yang mereka idam-idamkan sebagai dampak sistem zonasi ini. Orang tua murid dapat aktif berperan serta dalam persatuan orang tua murid dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah di mana anaknya belajar.
Solusi masalah pendidikan di Indonesia
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendi, mengatakan penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sebagai jalan menemukan solusi atas masalah pendidikan di Indonesia.
"Ibarat wajah kalau dari jauh kelihatan halus, tetapi kalau setelah di-close-up dekat kelihatan bopeng-bopengnya itu. Ini setelah tahu masalah ini, akan kita selesaikan per zona mulai dari ketidakmerataan peserta didik, kesenjangan guru, ketidakmerataan guru, jomplangnya sarana prasarana antar sekolah," ujar Muhadjir di Jakarta (24/06), dilansir dari Kompas.com.
Menurutnya dengan penerapan sistem ini, pemerintah daerah dapat fokus melihat masalah-masalah yang ada di sekolah-sekolah di daerahnya. Dengan penerapan sistem ini memudahkan pemerintah untuk memetakan kuantitas sekolah negeri yang ada di setiap daerah.
"Jadi akan ketahuan nanti, kecamatan mana yang tidak ada SMP-nya atau hanya ada ada 1 SMA. Coba dulu-dulu ada yang tahu itu, daerah tenang-tenang saja," pungkas Muhadjir.
ae/ (Kompas.com, Tribunnews)