Militansi Islam Tetap Ancaman Terbesar di Asia
10 Desember 2015Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan Rabu (09/12) di Washington, bahaya militansi Islam "jelas ada dan hadir" di Asia. Ancaman terutama muncul dari kelompok-kelompok militan yang berikrar mendukung ISIS dan mendirikan Negara Islam sesuai pandangan mereka di kawasan Asia.
Untuk menghadapi ancaman ini, Singapura tzelah menandatangani kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat yang mencakup berbagai upaya penanggulangan jaringan internasional militan Islam dan tukar-menukar data intelijen.
Menteri Pertahanan Singapura itu menyatakan, tukar-menukar data intelijen adalah kunci utama menangani masalah ini.
"Kami melihat ancaman para teroris ekstremis ini jelas-jelas sebagai bahaya yang hadir di wilayah kami, "katanya dalam sebuah seminar keamanan di Washington, Amerika Serikat.
Ng Eng Hen selanjutnya mengatakan, dalam tiga tahun terakhir jumlah simpatisan ISIS sudah melampaui jumlah pendukung jaringan teror Al Qaeda, yang pernah memiliki pengaruh kuat selama satu dekade, namun pamornya makin turun setelah terbunuhnya pemimpin mereka, Osama Bin Laden dalam serangan pasukan elit Amerika Serikat ke tempat persembunyiannya di Pakistan.
Dia juga mengatakan, Indonesia telah melaporkan bahwa sudah lebih dari 500 warganya yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS, dari Malaysia ada 150 orang, termasuk beberapa bekas anggota militer. Dari Singapura ada beberapa orang yang berangkat ke Suriah.
Dan para pejuang itu telah kembali dan membuat ikrar kesetiaan pada ISIS dan mengobarkan misi untuk membentuk Negara Islam di berbagai kawasan dunia, "kata Ng Eng Hen.
Mereka punya simpatisan, mereka punya anggota bersenjata yang terlatih, punya motivasi tinggi dan sarana, dan mereka punya visi bersama. Kita harus menanggapi ancaman ini dengan sangat serius dan hati-hati."
"Dia selanjutnya mengungkapkan, anggota njaringan militan Jemaah Islamiyah (JI), yang merencanakan serangan bom di Singapura pada awa 2000, juga telah membuat ikrar setia kepada ISIS, demikian juga kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
"Banyak anggota Jemaah Islamiyah yang berhasil kami tangkap, yang merencanakan operasi, masih hidup dan sebentar lagi mungkin akan dibebaskan dari tahanan, dan mereka masih punya hubungan dekat dengan jaringan Jemaah Islamiyah, "katanya.
hp/rn (rtr, afp)