Seperti Indonesia, Sarjana India Juga Banyak yang Nganggur
22 November 2024Hanya sekitar setengah dari lulusan India dianggap layak untuk dipekerjakan, menurut survei terbaru yang menyoroti kesenjangan antara pembangunan pesat India, besarnya populasi pemuda, dan pesatnya kebutuhan pasar tenaga kerja.
India Skills Report tahun 2024 mewawancarai ratusan ribu mahasiswa tingkat akhir dan pascasarjana, menilai keterampilan mereka berdasarkan tes kemampuan kerja dan data yang dikumpulkan dari sekitar 150 organisasi dari berbagai industri. Menurut hasil survei, hanya 51,25% yang dianggap cukup kompeten untuk dipekerjakan.
Bagi sebagian orang, angka ini cukup optimistis karena lebih besar dari sekitar 34% pada survei 2014. Namun, banyak ekonom mengatakan jelas bahwa sejumlah besar universitas di India masih belum membekali mahasiswanya dengan keterampilan dunia nyata.
"Gelar saja tidak cukup untuk mendapatkan pekerjaan, karena kesiapan kerja sangat erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan dan magang. Terlebih lagi, banyak lulusan teknik tidak siap bekerja di industri," kata Lekha Chakraborty, profesor dan ketua National Institute of Public Finance and Policy di India kepada DW.
India masih kekurangan dokter dan perawat
Chakraborty, yang telah mempelajari masalah ini dengan saksama, menunjuk sektor perawatan kesehatan India, khususnya posisi dokter dan perawat. Meskipun memiliki banyak orang terlatih, masih terdapat kekurangan dokter spesialis di pusat kesehatan pedesaan, dan krisis ini kian buruk.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Hingga Maret 2023, hanya 4.413 dokter spesialis yang tersedia untuk pusat kesehatan masyarakat, jauh di bawah kebutuhan 22.000 dokter spesialis, menurut survei.
"Program pelatihan saat ini sering kali tidak cukup mempersiapkan lulusan menghadapi realitas sistem perawatan kesehatan atau tidak sesuai dengan kebutuhan penduduk setempat. Hal ini menyebabkan ketidakcukupan dalam alokasi sumber daya dan distribusi tenaga kerja," kata Chakraborty.
Jutaan mendaftar, sedikit yang diterima di sekolah kedokteran
Maheshwer Peri, ketua dan pendiri platform Careers360, yang menyediakan konseling karier dan informasi tentang perguruan tinggi, mengatakan kepada DW bahwa jutaan mahasiswa yang telah lulus bekerja paruh waktu, terutama di sektor kesehatan dan teknik, sehingga tidak dapat memaksimalkan potensi mereka.
"Ada 2,5 juta mahasiswa yang mendaftar untuk 100.000 kursi kedokteran di India dalam ujian yang kompetitif," kata Peri kepada DW. "Harus ada pelacakan hasil pelatihan secara langsung untuk menjembatani kesenjangan antara ketersediaan pekerjaan dan keterampilan tenaga kerja secara efektif," tambahnya.
Sistem pendidikan India dinilai perlu diperbaiki
Arun Kumar, pensiunan profesor ekonomi di Universitas Jawaharlal Nehru, mengatakan kepada DW bahwa pemerintah belum melakukan investasi yang cukup di sektor kesehatan dan pendidikan dan belum menyadari peran penting mereka dalam meningkatkan hasil nasional.
"Sistem pendidikan cacat dan itu perlu diperbaiki terlebih dahulu. Kami menghasilkan 50.000 siswa kelas dunia dan sebagian besar dari mereka pergi ke luar negeri, sisanya tinggal di dalam negeri. Sementara yang kami butuhkan adalah jutaan," kata Kumar.
Kekhawatiran Kumar tentang masa depan India tampaknya sangat relevan mengingat Laporan Status Pendidikan Tahunan (ASER) terbaru yang menilai tren penting dalam pendidikan, terutama berfokus pada pendaftaran, hasil pembelajaran, dan tingkat putus sekolah.
Saat mensurvei remaja berusia 14-18 tahun, laporan tersebut mengungkapkan bahwa 42% tidak dapat membaca kalimat sederhana dalam bahasa Inggris, dan lebih dari setengahnya kesulitan menyelesaikan masalah pembagian dasar.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa lebih dari 96% remaja berusia 14 tahun bersekolah, tetapi hanya 67,4% yang tetap bersekolah hingga usia 18 tahun. Angka ini menunjukkan sangat tingginya tingkat putus sekolah bagi remaja.
Jutaan anak muda memasuki pasar tenaga kerja setiap tahun di negara dengan populasi terbanyak di dunia. Dan dengan usia rata-rata di India adalah 28 tahun, negara tersebut juga menghadapi surplus demografi.
Menanti pekerjaan kerah putih
Laporan Ketenagakerjaan India tahun ini menunjukkan bahwa hampir 83% dari angkatan kerja yang menganggur di negara itu terdiri dari pemuda berusia 15-29 tahun. Yang mengejutkan, hampir dua dari tiga orang yang menganggur di India pada tahun 2022 masih muda dan berpendidikan menengah atau tinggi.
Chakraborty mengatakan bahwa ia menduga para para pemuda yang sangat terlatih dan berpendidikan juga menginginkan pekerjaan berstatus tinggi.
"Aspirasi untuk pekerjaan kerah putih yang mereka inginkan menghalangi pemuda yang berpendidikan untuk memasuki pasar kerja lebih cepat," tambah Chakraborty.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris.