Sentuhan Mengurangi Rasa Sakit dan Kecemasan
7 Juni 2024Sentuhan mampu memberikan efek menenangkan pada diri kita saat kita sedang "bete" alis suasana hati tengah tak nyaman. Sebuah studi terkini menyebutkan, sentuhan bisa memengaruhi pernapasan, suhu tubuh, fungsi hati, dan mengatur hormon stres kortisol, yang kesemuanya itu merupakan indikator seberapa tinggi tingkat stres kita.
Julian Packheiser dari Institute for Cognitive Neuroscience di Universitas Bochum meneliti efek positif sentuhan lebih detail. Bersama tim dari Jerman dan Belanda, ia mengevaluasi sekitar 130 kajian internasional.
"Bagi orang yang menderita rasa sakit, kecemasan atau depresi, sentuhan sangat membantu," papar Packheiser. "Namun kami tidak menemukan efek yang kuat pada penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi atau peningkatan detak jantung. Meskipun sentuhan dapat membantu mengurangi gejalanya, efeknya jauh lebih lemah dan berlangsung dalam waktu yang lebih singkat."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Tim studi Julian Packheiser juga mengkaji pertanyaan tentang siapa yang melakukan sentuhan dan mendapatkan hasil yang menakjubkan. "Kami menemukan bahwa, misalnya saja, bahkan dengan sekadar menyentuh robot atau benda tertentu seperti selimut tebal, bantal peluk, atau bahkan mainan yang bisa dipeluk memiliki efek positif yang sangat kuat terhadap kesehatan," lapor Packheiser.
Otak mengklasifikasikan sentuhan
Bagaimana penjelasannya? Saat disentuh, jalur saraf tertentu di kulit kita diaktifkan, yang disebut serat C-taktil. Serat saraf ini memberi tahu otak apakah suatu sentuhan harus diklasifikasikan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak. Hal ini juga berhubungan langsung dengan "pusat penghargaan" di otak.
Belaian lembut yang menyenangkan, melepaskan hormon kebahagiaan dopamin, yang berefek positif pada jiwa.
Sebaliknya, menurut studi tersebut, jarangnya kontak fisik dan kulit dapat berdampak negatif pada kesehatan kita. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya kontak dan sentuhan di masa pandemi COVID-19. Banyak orang harus hidup dalam pengasingan, terisolasi dan hampir tidak mempunyai kontak dengan teman dan kenalan.
Jika kurang kedekatan fisik, kita mengembangkan apa yang dikenal sebagai "kelaparan kulit", yakni kebutuhan yang kuat akan sentuhan dan kedekatan dengan manusia.
Hal ini juga berlaku bagi banyak lanjut usia (lansia) yang mungkin tinggal terisolasi di fasilitas pensiun atau berada di rumah sakit karena masalah kesehatan. Mereka sering kehilangan sentuhan.
Efek fisik dan psikologis
Secara fisik, sentuhan meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mengurangi rasa sakit. Sentuhan terapeutik seperti pijat atau terapi fisik dapat mempercepat penyembuhan cedera dan meredakan ketidaknyamanan kronis.
Pada tingkat psikologis, sentuhan berkontribusi signifikan dalam menstabilkan suasana hati dan memperkuat rasa percaya diri.
Orang-orang yang tinggal di lingkungan yang penuh kasih sayang dan lembut secara fisik, cenderung menunjukkan lebih sedikit tanda-tanda kecemasan dan depresi serta melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Jika kita tidak sering disentuh dan cukup intensif, kadar kortisol kita meningkat dan risiko serangan jantung dan stroke juga meningkat.
Semakin sering, semakin efektif
Para peneliti juga menganalisis, seberapa sering dan berapa lama sentuhan harus dilakukan untuk mencapai efek positif yang paling mungkin. Ini jawabannya:
"Beberapa sentuhan kecil, namun lebih sering, tampaknya meningkatkan efek kesehatan," kata Packheiser.
Jika seseorang bertanya apakah lebih baik dipijat lebih lama satu kali saja atau dipeluk tiga hingga empat kali, jawaban penelitiannya jelas: "Pelukan, meski lebih singkat, lebih membantu," kata Packheiser. Namun prasyaratnya adalah kontak tersebut diinginkan oleh orang yang bersangkutan dan menimbulkan perasaan positif.
Kontak fisik pertama
Sentuhan sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Mereka biasanya mengetahui hal ini melalui ibu mereka. Indra peraba merupakan indra pertama yang berkembang pada diri manusia. Bahkan sebelum mereka membuka mata untuk pertama kalinya, bayi sudah merasakan kehangatan dan sentuhan tubuh, yang memberi mereka rasa aman dan selamat.
Bayi yang digendong dan dibelai secara teratur berkembang lebih baik secara psikologis dan fisik dibandingkan anak yang sedikit melakukan kontak fisik.
Kontak kulit dengan ibu meningkatkan pelepasan hormon oksitosin. Saat lahir, misalnya, hal itu menyebabkan terjadinya kontraksi dan menciptakan ikatan yang erat antara ibu dan anak.
Namun oksitosin juga memainkan peran sentral di masa dewasa, karena terkait erat dengan hubungan interpersonal dan memiliki efek menenangkan dan membuat rileks pada tubuh kita.
Hormon ini tetap sangat penting bagi kita manusia sepanjang hidup kita karena meningkatkan kebutuhan kita akan kedekatan dan sentuhan.