Sekjen PBB dan Presiden Iran Saling Kritik
30 Agustus 2012Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang duduk di samping Ban Ki-moon, lantas mengambil mikrofon dan balik mengecam PBB.
Dalam sambutannya, Ban mengatakan „Mengklaim negara anggota PBB lainnya yakni Israel, tidak memiliki hak untuk eksis atau menggambarkannya dengan cara rasis, tidak hanya benar-benar salah, tapi juga merongrong prinsip-prinsip yang kita semua telah berjanji akan ditegakkan.“
“Sebagai pemimpin 120 negara anggota Gerakan Non Blok memberi Iran sebuah kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka bisa memainkan peran yang moderat dan konstruktif di dunia” kata Ban sambil menambahkan bahwa “Itu termasuk mengambil langkah bertanggungjawab atas program nuklir yang kini menjadi keprihatinan utama komunitas internasional.”
Ban menekankan pentingnya bagi Teheran untuk membuktikan sifat damai dari program nuklir mereka dengan cara mematuhi secara penuh resolusi Dewan Keamanan dan bekerjasama dengan Badan Energi Atom Internasional IAEA.
Ahmadinejad yang menyerukan sebuah tatanan dunia baru, membalas: “Ada perang dan pembunuhan, yang semuanya dengan pembenaran Dewan Keamanan PBB.”
“Para pemimpin dunia hari ini, kemarin adalah pionir perbudakan dan yang memulai perang, memperlemah negara lain dan membunuh orang yang tidak bersalah… kita harus berdiri untuk sebuah manajemen dan tata dunia baru.”
Ahmadinejad sekali lagi merujuk kepada Israel sebagai “negara palsu yang dimasukkan ke Timur Tengah.”
Pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei ketika membuka konferensi telah menekankan bahwa Iran punya hak menjalankan program nuklir untuk tujuan damai.
“Bagi kami, penggunaan senjata perusak massal adalah sebuah dosa dan kami mendukung perlucutan senjata nuklir di Timur Tengah,” kata Khamenei.
“Kami tak akan pernah membuat senjata nuklir, sama seperti kami tidak akan pernah menyerahkan hak sah kami untuk mengejar orogram nuklir untuk perdamaian…”
Pembicara kedua dalam pembukaan konferensi adalah Presiden Mesir Mohammed Morsi – yang merupakan kepala negara Mesir pertama yang mengunjungi Iran sejak revolusi tahun 1979.
dpa (AB/ HP)