SBY Ajak Singapura Berinvestasi Kembali di Indonesia
7 Agustus 2006Dalam lawatan 2 harinya di Singapura, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengajak pengusaha Singapura berinvestasi di Indonesia. Presiden Yudhoyono menjanjikan keseriusan Indonesia dalam meningkatkan iklim investasi di Indonesia, serta mempercepat implementasi Kawasan Ekonomi Khusus ASEAN yang telah disepakati bulan Juni lalu.
Belum jelas, apakah SBY akan langsung memperoleh janji investasi dari para pemodal Singapura. Tetapi para pengamat ekonomi memandang SBY sangat serius dalam menjalankan kebijakan ekonomi untuk menarik investor asing. Tim ekonomi yang sempat dirombak tahun lalu mendapat tanggapan pasar yang positif. Pengusaha Singapura sendiri, pada tahun 2005, tercatat menanam modal senilai total 3,9 milyar Dollar Amerika, melalui 203 proyek di Indonesia. Sementara investasi langsung bernilai 692,4 juta Dollar Amerika. Saat ini, Indonesia merupakan satu dari 10 negara yang paling menarik minat investor Singapura, terutama dalam bidang bidang perbankan dan telekomunikasi.
Pengamat ekonomi Prajoto memandang positif tendensi ini. Namun dianggapnya Indonesia belum benar-benar kompetitif bagi investor internasional. Banyak yang harus diperbaiki.
Prajoto: “Masuknya Singapura ke Indonesia sedikitnya memberikan indikasi bahwa Indonesia masih menarik di mata investor, minimal untuk Singapura. Bila seandainya Indonesia memiliki upaya untuk memperbaiki pola investasi dan ketinggalannya, karena kita makin lama makin tidak kompetitif, maka menurut hemat saya, Indonesia harus mulai memperbaiki infrastruktur tata-kelola yang baik didalam menata investor baik dalam dan luar negeri.”
Para investor asing masih mengeluhkan berbagai masalah di Indonesia. Masalah utama yang mereka keluhkan adalah reformasi birokrasi dan pajak yang belum berjalan baik.
Prajoto: “Ada beberapa persoalan yang menjadi keluhan investor dalam dan luiar negeri. Keluhan pertama, reformasi pajak yang belum usai sampai hari ini, sehingga reformasi pajak juga harus dijadikan prioritas utama untuk membereskan investment climate. Kedua, persoalan yang berkaitan dengan perburuhan. Persoalan persoalan ini harus segera dibereskan untuk memacu investment climate tapi juga memeberikan perlindungan baik kepada buruh yang bekerja maupun calon calon tenaga kerja yang belum terserap dalam lapangan pekerjaan. Keluhan ketiga berkaitan dengan kepastian hukum.”
Prajoto menegaskan, untuk membangun kepercayaan investor, masalah-masalah tadi harus segera dibenahi sejak sekarang.
Prajoto: “Persoalan tadi nampaknya sederhana, tapi kalau kita bereskan itu secara serentak, dibutuhkan sebuah langakah yang menurut hemat saya inconventional. Harus dilakukan birocratic reform dengan segera, karena dari sana baru dilahirkan sebuah kepercayaan yang mencerminkan bahwa kita sungguh-sungguh.”