Rusia Unjuk Kekuatan Dalam Konflik Suriah
28 September 2015Presiden Rusia Vladimir Putin mulai unjuk gigi dalam krisis Suriah yang telah berlarut hampir 5 tahun. Rusia umumkan jalin kerjasama dengan Iran dan Irak untuk mendukung Presiden Suriah Bassar al Assad dalam memerangi teroris Islamic State ISIS. Rusia juga tawarkan inisiatif bagi misi internasional untuk tuntaskan krisis Suriah menjelang Sidang Umum PBB di New York.
Putin tegaskan, Presiden Assad harus dilibatkan dalam mencari solusi krisis. Assad tidak akan hadir dalam sidang di New York, namun posisinya akan dibela Rusia, Iran dan Irak. Suara serupa untuk melibatkan Assad juga sudah dilontarkan pekan silam oleh Kanselir Jerman Angela Merkel. Kini sejumlah politisi puncak dunia mulai melirik Rusia untuk memainkan peranan dalam mencari solusi krisis Suriah.
Putin dengan tegas juga mengritik langkah Amerika Serikat melatih para pemberontak Suriah yang anti Assad sebagai "aksi ilegal" dan tidak efektif. Pekan lalu dilaporkan, sejumlah pemberontak hasil didikan AS membelot ke Front Al Nusra. Mereka juga membawa peralatan militer sumbangan Amerika untuk diberikan kepada kelompok sempalan Al Qaida itu.
Dalam beberapa pekan terakhir, Moskow terus meningkatkan kekuatan militernya di basis angkatan laut Tartus sekitar 100 km di barat kota Homs Suriah. Putin menyebut alasannya, di Suriah terdapat 2.000 jihadis dari negara-negara bekas Uni Sovyet. "Ketimbang menunggu mereka kembali ke Rusia, lebih efektif jika membantu Assad menumpas mereka di Suriah," tambah Putin.
Selain itu, Rusia juga telah menyepakati kerjasama lebih erat dengan Irak untuk menggempur posisi ISIS. Grafik menunjukkan para "jihadis" Islamic State sudah menguasai kawasan luas di Irak dan Suriah, termasuk kota-kota situs warisan budaya dunia terpenting di kawasan tersebut.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga menegaskan, Presiden Suriah Bassar al Assad harus diperkuat posisinya untuk dapat memerangi ISIS. "Memang Suriah perlu reformasi, tapi itu bukan berati melemahkan Assad," ujar presiden Iran itu. Rouhani menambahkan, jika Assad tumbang, dengan cepat ISIS akan merebut Damaskus dan kota-kota penting lain di Suriah.
Sementara itu Perancis dilaporkan mulai melancarkan serangan udara unilateral ke posisi ISIS di Suriah. Sebelumnya angkatan udara Perancis hanya membomi posisi Islamic State di Irak. Paris mengajukan alasan: serangan ke posisi "jihadis" di Suriah hanya akan memperkokoh posisi rezim Al Assad.
as/yf (afp,rtr,ap,dpa)