1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAfrika

Gabon: Runtuhnya Dinasti Bongo Sudah Lama Diperkirakan

1 September 2023

Presiden Ali Bongo Ondimba berniat memperpanjang masa jabatannya sampai periode ketiga. Tapi sekelompok militer menurunkannya dari kekuasaan lewat kudeta. Dinasti Bongo sudah berkuasa selama lebih lima dekade.

https://p.dw.com/p/4VqOv
Presiden Gabun Ali Bongo sekarang berada dalam tahanan rumah
Presiden Gabun Ali Bongo sekarang berada dalam tahanan rumahFoto: TP advisers on behalf of the President's Office/AP Photo/picture alliance

Setelah 56 tahun memimpin urusan politik di Gabon, kekuasaan dinasti Bongo di Gabon berakhir dengan kudeta militer. Presiden Ali Bongo sekarang berada dalam tahanan rumah. Para pengamat Afrika mengatakan, perebutan kekuasaan itu sudah lama diperkirakan.

Keluarga Bongo pertama kali memegang tampuk kekuasaan ketika ayah Ali Bongo, Omar, menjadi presiden pada tahun 1967, dan berkuasa di negara itu lebih 40 tahun. Ali Bongo mengambil alih kekuasaan pada 2009 setelah kematian ayahnya.

"Penduduk Gabon haus perubahan! Itu sebabnya sebagian besar orang, sekalipun itu adalah kudeta militer, merasa lega bahwa rezim keluarga dan dinasti yang telah berkuasa selama 60 tahun akhirnya berakhir,” kata Nathalie Mezo, aktivis hak-hak perempuan dari Gabon, kepada DW.

Ali Bongo tadinya ingin berkuasa lagi setelah 14 tahun dengan masa jabatan ketiga. Ia dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden pada Sabtu lalu. Komisi pemilihan mengumumkan kemenangan Bongo dengan 64,27% suara — mengalahkan saingan utamanya, Albert Ondo Ossa, yang memperoleh 30,77% suara. Namun para pemimpin kudeta tidak menerima hasil pemilu itu.

Kemenangan Bongo dalam pemilu sebelumnya pada tahun 2009 dan 2016 telah memicu protes yang disertai kekerasan. Jocksy Ondo Louemba, jurnalis Gabon yang tinggal di pengasingan, mengatakan tentara tidak ingin menggunakan pendekatan keras untuk meredam protes seperti yang dilakukan usai pemilu-pemilu sebelumnya.

Army stages coup in Gabon

'Pemilu itu sendiri telah dicurangi'

Memang sebagian pemilih di Gabon sangat tidak puas, ketika peraturan pemilu pada menit-menit diubah dan pemilih diharuskan untuk untuk memilih calon presiden dan anggota parlemen dari partai politik yang sama.

"Pemilu ini tidak adil dan tidak masuk akal, karena pemilih dipaksa untuk memilih presiden dan anggota parlemen dengan surat suara yang sama dari partai yang sama. Jika ada yang memilih anggota parlemen dari PDG, partai Ali Bongo, dia terpaksa harus memilih Bongo sebagai presiden, dan sebaliknya,” kata Jocksy Ondo Louemba kepada DW. "Bahkan pemilu itu sendiri telah dicurangi. Itu hanya sebuah lelucon."

Setelah kudeta hari Rabu (30/08), banyak orang terlihat berkerumun di jalan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan untuk merayakan berakhirnya dinasti Bongo.

Nathalie Mezo mengatakan, kudeta tersebut dapat diprediksi dan sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. "Kalau kita saja, warga biasa, sudah tahu bahwa hasilnya pasti akan menguntungkan presiden, maka tentara akan tahu lebih banyak lagi!” katanya.

Gabon: Who is the Bongo family?

Apa yang memicu kudeta?

Minyak menyumbang 60% pendapatan Gabon, menjadikannya salah satu negara terkaya di Afrika. Namun menurut data Bank Dunia, sebagian besar penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Mbulle-Nziege, analis politik dan ekonomi Afrika, mengatakan bahwa Ali Bongo gagal mengatasi tantangan ekonomi utama yang dihadapi rakyatnya. Warga menuduh presiden menjadi kaya karena kekayaan sumber daya alam Gabon, sementara banyak rakyatnya berjuang untuk mendapatkan penghasilan.

"Sejak mengambil alih kekuasaan, dia dihadapkan pada ketidakpuasan dalam negeri,” kata Mbulle-Nziege. "Perhatian terhadap kemerosotan ekonomi yang dihadapi negara ini juga berkurang. Ada dua kali krisis minyak dan banyak kemiskinan. Negara ini adalah negara berpendapatan menengah ke atas, namun tingkat kemiskinannya mencapai 33%,,dan ada tingkat pengangguran 20%."

Keluarga Bongo telah lama dituduh melakukan korupsi. Tahun 2021, Ali Bongo ditemukan memiliki hubungan dengan entitas rahasia luar negeri di surga pajak internasional, seperti yang terungkap dalam investigasi Pandora Papers.

Samuel Ngoua Ngou, yang pernah menjadi wakil kepala kabinet Ali Bongo, mengatakan masyarakat – termasuk militer – sudah muak. "Saya berada 624 kilometer dari Libreville. Namun ketika saya melihat reaksi di sekitar saya, orang-orang cukup senang, karena mereka akhirnya bebas!"

(hp/yf)