Proyek Perumahan Multigenerasi di Jerman Semakin Populer
25 Mei 2023Sarapan bersama adalah bagian dari ritual sehari-hari. Yang bisa, turun ke ruang rekreasi di lantai satu pada jam 9 pagi. Tidak semua dari 11 penghuni rumah multigenerasi di Berlin ini bisa selalu hadir, tapi sarapan pagi tidak pernah sepi.
"Di sini saya selalu punya seseorang untuk diajak bicara," kata Heidemarie Mehlau. "Kami hidup bersama, terlepas dari semua perbedaan kami," kata perempuan berusia 80 tahun itu. Terutama ketika membutuhkan bantuan atau sakit, kata dia, sangat senang rasanya memiliki komunitas yang mendukung kita.
Penghuni lain, Waltraud (71) mengatakan: "Tinggal di sini adalah seperti memenangkan lotere." Dia menikmati kehidupan yang tenang di sebuah desa di untuk waktu yang lama, tetapi kemudian menginginkan perubahan. Di sini, di Kota Berlin, katanya, tinggal di perumahan multigenerasi dalam beberapa hal punya kemiripan dengan hidup di desa: "Anda saling membantu dan menjaga, bertukar pikiran tentang hal-hal sehari-hari."
Untuk diketahui, 11 penghuni di rumah multigenerasi di Jalan Mendelstrasse, Berlin, ini berusia antara 13 sampai 90 tahun. Mereka saling memperhatikan dan saling bantu.
Proyek rumah bersama
Kompleks perumahan baru yang besar dan modern ini punya 351 apartemen untuk disewa. Ruang bersama dibiayai bersama-sama, terdapat televisi dan dapur kecil. Ruang bersama ini menjadi tempat sarapan pagi dan kegiatan-kegiatan lain.
Cornelia Apel adalah pemrakarsa proyek rumah multigenerasi ini. Perempuan berusia 65 tahun itu sudah punya gagasan ini 10 tahun lalu, tetapi tidak menemukan pengembang yang bersedia mendukung proyeknya. "Saya menghubungi semua jenis koperasi dan pengembang lainnya. Sering kali mereka bahkan tidak merespons sama sekali,” katanya kepada DW. Akhirnya, di awal tahun 2014, dia mencapai kesepakatan kerja sama dengan perusahaan perumahan Berlin "Gesobau".
Proyek ini dikelola oleh Yayasan "Wohnen in Gemeinschaft e.v.". Anggota yang ikut serta dalam proyek ini pertama kali bisa menempati rumah multigenerasi mereka pada 2019. Waktu itu ada 13 orang. Sekarang dua orang sudah meninggal, kata Cornelia Apel, yang pindah ke rumah multigenerasi dengan mendiang suaminya. "Saya tidak ingin kesepian," kata pensiunan itu sebagai motif utamanya.
Model untuk masyarakat yang menua dengan cepat?
Rumah multigenerasi memiliki banyak keuntungan. Penghuninya tetap hidup mandiri, tetapi mereka mendapatkan peluang menjalin kontak dengan penghuni lainnya. Keanekaragaman pengalaman hidup, pendidikan, hobi, dan profesi di antara penghuninya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang.
"Selalu ada seseorang untuk diajak bicara dan bertukar pikiran," kata Heidemarie Mehlau. Secara berkala didakan rapat anggota untuk membicarakan masalah teknis. Keuntungan lain adalah, orang tua yang bekerja dan memiliki anak kecil, hampir selalu bisa menemukan orang yang mau menjaga anaknya.
Ingrid Meyer-Riegel sudah ikut proyek ini sejak awal. Perempuan berusia 86 tahun itu mengatakan dia sekarang tidak lagi takut sendirian. "Terlalu banyak orang tua yang kesepian dalam masyarakat dengan semakin banyak lajang dan orang tua," katanya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perasaan kesepian meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset opini Forsa pada tahun 2021 sampai pada kesimpulan bahwa satu dari lima orang di atas usia 75 tahun terkadang merasa kesepian. Orang yang berusia di atas 80 tahun bahkan berisiko mengalami isolasi sosial.
Joachim Wirtz (74) mengatakan kepada DW bahwa dia tidak dapat membayangkan lagi hidup tanpa komunitas yang beragam ini. Baginya, berbincang dengan dua anggota komunitas termuda, berusia 13 dan 22 tahun, sangat menyegarkan. Misalnya berbicara tentang masalah seperti perlindungan iklim. "Saya tidak akan pergi lagi dari sini," katanya.
(hp/ha)