Protes terhadap Erdogan. Apa Tujuannya?
6 Juni 2013Kerusuhan di Turki sudah berlangsung sejak hampir sepekan lalu. Tetapi sekarang masalahnya bukan lagi soal pohon-pohon di taman kota Istanbul, melainkan situasi demokrasi yang buruk di negara itu. Tuntutan sebagian besar demonstran adalah: PM Recep Tayyip Erdogan harus mengundurkan diri.
Ia sudah menjabat perdana menteri sejak 10 tahun lalu. Partai Islam konservatif AKP yang dipimpinnya sudah menang pemilu dua kali. Popularitas Erdogan tampaknya sudah bertahun-tahun tidak kunjung luntur, dan Turki tampaknya makmur.
Sasarannya Erdogan, bukan Partai
Kerusuhan yang sementara ini terjadi adalah yang terbesar bagi Erdogan. Tapi demonstrasi itu tidak mengherankan, kata wartawan dan penulis Cengiz Aktar dalam wawancara dengan DW. "Pemerintah memberikan kesan semuanya bisa diatur dan berjalan lancar. Sebetulnya tidak ada yang beres," kata Aktar.
Aktar mengatakan apa yang dibencinya dari Erdogan: "Ia mengatur hidup pribadi orang. Misalnya ia melarang pramugari menggunakan lipstik, atau juga ia melarang penjualan alkohol mulai jam 10 malam. Itu bertentangan dengan gaya hidup warga sekuler Turki," kata Aktar. Peraturan dan undang-undang baru awalnya tidak diperhatikan, kata jurnalis itu seraya menambahkan, tetapi ketika rakyat menyadari, bahwa UU itu bisa dilaksanakan, mereka memprotes.
Upaya Erdogan untuk menjalankan gaya pemerintahan yang otoriter adalah penyebab utama kerusuhan. Kemarahan rakyat yang sudah tidak tertahankan akhirnya meluap akibat sebuah hal kecil seperti penebangan pohon di taman Gezi.
"Gerakan Muda Tanpa Partai"
Bagi Gencer Özcan, kepala fakultas ilmu politik pada Universitas Bilgi, kerusuhan dalam masyarakat Turki sudah mulai tanggal 1 Mei lalu, pada hari buruh internasional. Hari itu demonstrasi di lapangan Taksim dilarang dan pemerintah menghentikan transportasi umum di kota. Padahal demonstrasi itu bagi gerakan berhaluan kiri memiliki makna penting. Ketika itu polisi sudah bertindak keras terhadap demonstran. Demikian penjelasan profesor Özcan dalam wawancara dengan Deutsche Welle.
Wartawan Cengiz Aktar tidak sependapat. Menurutnya demonstran adalah, "Warga muda, tanpa partai, gerakan urban tanpa agenda politik dan tanpa pemimpin." Ia berpendapat, tidak ada gerakan politik atau partai yang mampu memanipulasi begitu banyak orang. Itu disetujui Gencer Özcan. Ia menjelaskan, semua partai oposisi berhati-hati ikut dalam aksi protes. Partai Kurdi BDP dari awal tidak ikut secara resmi karena berpendapat, keikutsertaan mereka bisa mengganggu perdamaian dan proses perdamaian dengan suku Kurdi.
Tidak Semua Ingin Erdogan Turun
Memang slogan "Tayyip istifa!" (red - Tayyip hengkang!) tampak di mana-mana dan menggambarkan kemarahan rakyat. Tapi tidak semua orang ingin Erdogan mengundurkan diri. Terutama warga Kurdi khawatir, perdamaian akan terancam, jika pemerintahan berganti. Begitu dijelaskan Erhan Calahan, anggota partai Kurdi BDP dalam wawancara dengan Deutsche Welle.
Sementara wartawan dan penulis Cengiz Aktar menukas, pemerintah Turki harus mengerti, bahwa demokrasi bukan kotak yang bisa ditutup kapan saja mereka mau. Demokrasi adalah sesuatu yang hidup, dan ia berharap sekarang pemerintah belajar.