Politisi Taiwan Bantu Bebaskan Sandera Perompak Somalia
31 Oktober 2016Tsai Cheng-yuan menghadapi berbagai rintangan dalam perundingan dengan para perompak. Pemerintah Taiwan dan negara-negara lain, yang warganya disandera para perompak, menolak memberi bantuan. Organisasi dan pihak donor yang mengumpulkan dana uang tebusan, menuntut uang mereka dikembalikan, karena perundingan panjang dan sandera tidak kunjung bebas.
Bahkan setelah uang tebusan dibayarkan kepada para perompak Somalia, satu sandera yang seharusnya bebas menolak pulang ke negaranya, kecuali semua sandera di kelompok itu dibebaskan. Setelah perundingan alot, tanggal 22 Oktober lalu semua sandera akhirnya dibebaskan setelah disekap hampir 5 tahun, termasuk empat warga Indonesia
"Saya hanya memiliki kepercayaan ini, bahwa jika suatu negara tidak berhenti membela warganya yang kesulitan, negara itu akan dicintai rakyatnya," kata Tsai, 62 tahun, yang pernah menjadi anggota parlemen Taiwan selama 20 tahun. Kini dia mengepalai komite kebijakan di Partai Nasionalis yang beroposisi.
Tsai terlibat dalam negosiasi dengan kelompok perompak, ketika putri salah satu sandera, Shen Jui-chang, meminta bantuannya. Shen adalah kepala mekanis di kapal Naham 3, yang dibajak insinyur senior yang bekerja di Oman terdaftar Naham 3 kapal nelayan, yang telah dibajak perompak Somalia di Samudra Hindia Maret 2012.
Kru kapal itu lalu dibawa ke Somalia dan ditahan dalam "kondisi menyedihkan," kata organisasi nirlaba Oceans Beyond Piraxs dan berpusat di Colorado, Amerika Serikat. Kondisi para sandera cukup parah. Mereka menderita kurang gizi dan dua sandera meninggal karena sakit.
Anak perempuan Shen kemudian meminta bantuan Tsai Cheng-yuan, yang pernah membantu membebaskan seorang wanita Taiwan dari tangan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina tahun 2012."Mereka takut kesehatan Shen Jui-chang tidak terlalu baik dan dia tidak bisa bertahan hidup di Somalia," kata Tsai kepada wartawan.
Tsai menceritakan, pada awalnya tidak ada instansi pemerintah di Taiwan yang mau memberi bantuan. Karena garis kebijakan pemerintah Taiwan adalah tidak bernegosiasi dengan perompa.
Jadi Tsai menghubungi pemerintahan negara-negara lain, yang warganya juga disandera dalam kelompok Shen, antara lain Kamboja, Cina, Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Akhirnya seorang pejabat polisi urusan luar negeri dari Filipina dan wakil sekretaris jenderal dari olembaga Cina "Association for Relations Across the Taiwan Straits" mau mendukungnya.
Mereka kemudian mencari donor untuk mengumpulkan dana guna membayar uang tebusan yang dituntut para peompak bagi pembebasan Shen Jui-chang.
Setelah uang itu terkumpul, pembicaraan dengan pihak perompak berulang kali tertunda karena pertikaian internal antara mereka. Lalu ketika uang tebusan dibayarkan muncul masalah baru: Shen Jui-chang menolak dibebaskan, kecuali kalau semua sandera dalam kelompoknya ikut dibebaskan.
"Saya paling senior. Jika saya meninggalkan mereka, tidak ada orang lagi yang bisa memimpin mereka,'" kata Shen pekan lalu setelah kembali ke Taiwan. "Saya mengatakan kepada para perompak, jika aku pergi, maka semua orang harus pergi."
Menghadapi situasi itu, Tsai dan pendukungnya kembali mengumpulkan sumbangan untuk menebus semua sandera. Negosiasi dengan kelompok perompak berlangsung sampai 18 bulan, sampai akhirnya semua sandera bebas. Tsai Cheng-yuan menolak mengatakan berapa uang tebusan yang akhirnya dibayarkan kepada perompak
Di Jakarta, empat warga Indonesia yang dibebaskan perompak Somalia memberi keterangan kepada wartawan di gedung Kementerian Luar Negeri, hari Senin (31/10). "Selama di sana iman saya sudah tidak ada lagi. Sudah habis. Saya tidak pernah shalat karena putus asa," kata Sudirman, 24 tahun. Dia mengaku kecewa dengan perlakuan para perompak Somalia, yang mayoritasnya Muslim."Sesama muslim seharusnya tidak saling menyakiti. Kepada yang bukan sesama (muslim) saja enggak boleh, apalagi ke sesama," kata Sudirman.
Dia mengatakan, para sandera biasanya hanya diberi makan sekali sehari dengan roti atau beras dan kacang merah, dan setengah liter air kotor, yang membuat mereka menderita diare terus-menerus. Bahkan ada hari-hari, mereka tidak mendapat apa-apa, sehingga harus berburu tikus dan kucing.
Namun kalau ketahuan para perompak, mereka akan dihukum. "Jika kami tertangkap, tangan dan kaki akan diikat dan kami digantung terbalik, sangat menderita," kata dia.
hp/ap (afp, ap, rtr)