Polisi AS yang Tembak Mati Daunte Wright Mengundurkan Diri
14 April 2021Penembakan yang melibatkan petugas kepolisan terhadap seorang warga kulit hitam di Amerika Serikat (AS) kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah Daunte Wright, seorang pemuda berusia 20 tahun, yang tewas ditembak polisi dalam sebuah insiden yang disebut sebagai “penembakan tidak disengaja”, demikian disampaikan kepala polisi Minneapolis, AS, Senin (12/04).
Wright tewas ditembak di sebuah pemberhentian lampu merah di Brooklyn Center, Minneapolis – tidak jauh dari tempat persidangan Derek Chauvin, mantan polisi yang disidang atas pembunuhan George Floyd.
Dua malam berlalu sejak insiden penembakan, polisi perempuan yang menembak Wright, Kim Potter, bersama dengan kepala polisi kota itu, Tim Gannon, akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya, demikian disampaikan oleh Walikota Brooklyn Center Mike Elliott, Selasa (13/04).
Elliott juga mengatakan kepada wartawan bahwa Dewan Kota telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan pemecatan Gannon dan Potter.
Dalam surat pengunduran dirinya, Potter menuliskan: “Saya mencintai setiap menit pekerjaan saya sebagai polisi, dan melayani komunitas ini dengan kemampuan terbaik saya. Tetapi saya yakin bahwa hal ini adalah demi kepentingan terbaik bagi komunitas, departemen kepolisian, dan sesama polisi, jika saya segera mengundurkan diri.”
Apa yang sebenarnya terjadi?
Wright sebelumnya dihentikan oleh polisi pada hari Minggu (11/04) karena plat mobil yang sudah habis masa berlakunya.
Polisi di TKP kemudian mencoba untuk menangkap Wright berdasarkan surat perintah luar biasa (outstanding warrant) karena gagal hadir di pengadilan dengan tuduhan bahwa dia melarikan diri dari petugas dan memiliki senjata tanpa izin atas pemeriksaan polisi Minneapolis pada bulan Juni tahun lalu.
Rekaman bodycam polisi kemudian menunjukkan seorang petugas mencoba memborgolnya di samping mobil.
Wright kemudian terlihat berupaya membebaskan diri dan masuk ke dalam mobil. Saat itu, Potter berteriak “Taser, Taser, Taser,” sebelum akhirnya melepaskan tembakan yang ternyata berasal dari pistolnya.
“Sialan, aku baru saja menembaknya,” terdengar suara polisi itu saat mobil melaju pergi.
Setelah insiden itu, Gannon pun mengatakan bahwa Potter secara tidak sengaja menggunakan pistolnya karena awalnya berniat menggunakan Taser setelah Wright menolak ditahan. Taser adalah sebuah senjata kejut listrik yang biasanya digunakan untuk melumpuhkan seseorang sementara.
Tewasnya Wright tak pelak memicu protes dan kerusuhan yang berlangsung selama dua malam. Para demonstran yang sejatinya sudah bergejolak atas kematian George Floyd terlibat bentrok dengan polisi di daerah tersebut.
Walikota Elliot pun berharap pengunduran diri dari kedua polisi tersebut akan menyembuhkan luka masyarakat dan mengarah pada munculnya rekonsiliasi.
Apa kata Biden?
Presiden Joe Biden pada Selasa (13/04) menjalani dua agenda simbolis yang secara tidak langsung berkaitan dengan topik ini, memperlihatkan betapa sulitnya tindakan penyeimbangan yang ia hadapi.
Dalam waktu beberapa jam, Biden beralih dari upacara peringatan seorang perwira polisi yang tewas saat menjalankan tugas ketika seorang pria menabrakkan mobilnya ke barikade di Capitol, Washington DC, ke sebuah pertemuan di Oval Office dengan anggota Kaukus Hitam Kongres.
Biden menyebut penembakan Wright sebagai tindakan yang “sangat mengerikan”, dan mengatakan bahwa pemerintahannya dan setiap lembaga di AS berfokus untuk meningkatkan keadilan.
“Kami semua bertemu hari ini – untuk menyampaikan beberapa perubahan nyata,” kata Biden jelang pertemuan tersebut. “Banyak hal yang harus kita tangani … menyangkut polisi, ketidaksetaraan masif dalam hal ekonomi.”
gtp/hp (AP/Reuters)