1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Peternak Babi Jadi Orang Terkaya Cina

14 Oktober 2019

Pasangan suami istri Qin Yinglin dan Qian Ying, jadi peternak babi paling sukses di Cina. Hartanya mencapai Rp 169 triliun. Tradisi dan budaya jadi faktor tingginya permintaan daging babi di Cina.

https://p.dw.com/p/3RFM1
China Afrikanische Schweinepest | Symbolbild Schweine in Shenzhen
Foto: picture-alliance/imagechina/Y. Shuiling

Qin Yinglin dan istrinya Qian Ying, boleh jadi peternak paling sukses di dunia. Karena profesinya beternak babi, mereka jadi orang terkaya di Cina.

Keduanya mulai beternak babi sejak 1992. Dikutip dari Forbes, Senin (14/10), saat itu mereka mulai beternak 22 ekor babi.

Berdasarkan laporan dari Hurun, mereka jadi orang terkaya di Cina peringkat ke-15 karena sudah menjual sebanyak 5,8 juta ekor babi. Kekayaan Qin dan Qian mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 196 triliun (Rp 14.000/US$). Kekayaan tersebut didapatkan setelah mereka menjual 5,8 juta ekor babi saat harga hewan ternak tersebut sedang tinggi-tingginya.

Keahliannya beternak tak terlepas dari latar belakang pendidikan Qin. Pria yang lahir di Neixiang, Henan ini adalah lulusan Universitas Henan jurusan Peternakan.

Bisnis makanan memang sedang mengalami tren positif di Cina. Selain Qin dan Qian, ada juga Zhang Yong dan Pang Kang yang juga masuk ke dalam daftar orang terkaya Cina dari industri makanan.

Zhang Yong punya bisnis restoran hotpot Haidilao dan Pang Kang disebut sebagai 'raja saus kedelai'. 

China Afrikanische Schweinepest | Fleischmarkt in Peking
Peternak babi di Cina ketiban untung lantaran negara pengekspor utama seperti Rusia alami wabah flu babiFoto: picture-alliance/AP Photo/F. Ting

Permintaan babi di Cina tinggi

Perusahaannya, Muyuan Foodstuff menjadi perusahaan peternakan babi terbesar di Cina. Negeri Tirai Bambu memang dikenal sebagai konsumen babi terbesar di dunia. Tradisi memakan daging babi merupakan budaya penduduk setempat dan dianggap sebagai simbol kesejahteraan.

Misalnya saja pada hari raya 1 Oktober yang diperingati sebagai peringatan 70 tahun Republik Rakyat Tiongkok. Biasanya untuk menyaksikan salah satu parade militer terbesar menyediakan daging babi sebagai hidangan.

Dengan naiknya harga babi membuat industri yang berkaitan dengan babi menyumbangkan dananya sebesar US$ 128 miliar, 60% di antaranya dari makanan di Cina.

Kenaikan harga babi sendiri dipicu adanya wabah flu babi yang melanda 31 provinsi di Cina. Wabah ini bermula dari negara-negara produsen babi seperti Rusia. Bahkan, 200 juta ekor babi di Rusia harus dibunuh setiap tahunnya akibat penyakit ini yang membuat pasokan babi dunia kian langka di tengah permintaan yang tetap tinggi.

Wabah flu babi dari Rusia ini disinyalir jadi biang keladi menyebarnya wabah flu babi di Cina, mengingat Presiden Xi Jinping membuka impor daging babi dari Rusia, yang dikenal paling terpengaruh oleh flu babi.

Peternak babi di Cina memang tengah ketiban untung lantaran harga babi meningkat signifikan. Mengutip CNBC Indonesia, Senin (14/10/2019), harga untuk daging babi di Cina melonjak 46,7%.

Putin Tertawa Geli Tanggapi Usulan Ekspor Babi ke Indonesia

Bisakah ternak babi di Indonesia?

Bila di Cina, beternak babi bisa membuat peternaknya jadi kaya raya, bagaimana dengan Indonesia?

Dilansirkan CNBC Indonesia, Senin (14/10) Indonesia memang salah satu negara pengekspor babi ternak. Berdasarkan hasil Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami peningkatan ekspor babi ternak yang tadinya 13.194,5 ton, sekarang mencapai 14.893,3 ton ke Singapura pada Semester I-2019.

Sedangkan dari catatan Kementerian Pertanian (Kementan) tentang ekspor babi ternak di Indonesia pada 2017, telah mencapai 28 ribu ton atau senilai US$ 59,9 juta.

Sayangnya, peluang ini tak banyak ditangkap oleh Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan bahwa sektor pertanian hanya akan mengekspor buah-buahan hingga sarang burung walet, bukan komoditas babi.

"Oh, jangan itu yang dicatat. Kami rencana ekspor pineapple, mango steam, sarang burung walet ke Argentina," kata Mentan Amran usai rakor pangan di Kemenko Perekonomian, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (14/10).

Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa menyebutkan bahwa semenjak grup besar peternakan babi mendirikan peternakan babi dari Pulau Bulan, Batam, maka ekspor babi ke Singapura dipasok utama dari Batam. Peternakan babi ke Pulau Bulan sudah ada sejak 1986.

"Peternak babi di Bali umumnya adalah peternak perorangan, yang menganggap babi menguntungkan untuk celengan, tapi kalau tak lagi bagus harganya mereka tak ternak babi," kata Ketut Hari.

(Ed: pkp/ts)

Baca artikel selengkapnya di: detiknews

Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T yang Jadi Orang Terkaya China