Pesawat Tak Berawak di Daerah Bencana
28 Desember 2013Pesawat yang diciptakan Mark Rösens beratnya sekitar dua kilogram, bisa berputar di udara selama 20 menit dan bernama 'AscTec Falcon 8.' Sepintas pesawat itu tampak seperti helikopter mainan. Tapi ini sebenarnya pesawat canggih yang tidak berawak, dari perusahaan Ascending Technologies. Pesawat dilengkapi delapan baling-baling, GPS dan kamera resolusi tinggi.
Sejak beberapa tahun lalu, Rösen bekerja pada organisasi pertolongan Jerman, I.S.A.R. (International Search and Rescue) Germany sebagai anggota tim penolong. Ketika ditugaskan di Filipina November 2013, ia untuk pertama kalinya menggunakan AscTec Falcon 8, sebagai pendukung dalam situasi krisis. "Dengan pesawat itu kami dapat melihat lokasi dan merekam situasi, apakah jalanan bisa dilalui," kata Rösen. Bagi timnya, itu keuntungan besar, karena di daerah krisis situasi kerap terlalu riskan untuk mengirim orang.
Peta yang Menunjukkan Lama Waktu Penyusuran
I.S.A.R. Germany mengkhususkan diri pada pencarian dan penyelamatan korban. Timnya siap membantu, jika ada bangunan roboh, ledakan, gempa bumi atau bencana banjir dan badai di berbagai bagian dunia. Akhir November organisasinya mengirim dua tim, yang terdiri dari 39 dokter, perawat dan penyelamat ke kota Palo, Filipina. Rösen dan timnya bisa menolong lebih dari 2.400 orang dalam jangka waktu sekitar dua pekan. Tugas utamanya menyalurkan obat-obatan.
Dalam operasi penyelamatan, unsur waktu sangat penting. Tetapi menurut Rösen, foto-foto dari satelit sering datang terlambat, karena untuk mengarahkan satelit sering diperlukan beberapa jam. Dengan pesawat tak berawak, dalam waktu singkat foto aktual bisa diperoleh, karena dikirim lewat gelombang radio ke stasiun di darat. Kualitas gambar juga lebih bagus, karena jarak pengambilan lebih dekat, lagipula kamera memiliki 24 mega piksel.
Alat Bantu yang Praktis
Foto-foto dari udara yang dibuat pesawat tak berawak kemudian dibandingkan dengan peta dari Google Maps. Dengan bantuan koordinat, mereka dapat segera membagi daerah tugas dan menyalurkan data ke organisasi pertolongan lainnya. Dalam waktu singkat mereka juga bisa memutuskan, di lokasi mana tenda pertolongan bisa didirikan untuk mengobati korban.
Di samping keuntungan berupa foto-foto berkualitas tinggi, dengan pesawat udara milik sendiri, halangan birokratis bisa diatasi juga. "Pesawat bisa segera digunakan, tanpa harus menunggu izin dari siapapun. Dan setelah kursus sehari dengan pelatih kami, semua orang bisa mengendalikannya," dijelaskan Matthias Beldzik, manajer bidang pemasaran dari perusahaan Ascending Technologies.
Perusahaan Danoffice IT dari Swiss juga mengkhususkan diri dalam penempatan di daerah bencana. Insinyur Liam Dawson pergi ke daerah bencana di Filipina dengan membawa dua pesawat tak berawak 'Huginn X1.' Pesawat ini dilengkapi kamera infra merah, yang bisa membantu menemukan korban yang masih hidup, yang tertimbun reruntuhan bangunan, demikian dipaparkan Dawson. Pesawat ini juga bisa membantu tim penolong menemukan jenasah yang terbawa air ke laut.
Kelemahan Pesawat Canggih
AscTec Falcon 8 bisa menahan kekuatan angin hingga 10 meter per detik, kata Beldzik. Tetapi pesawat canggih itu sampai pada batas kemampuannya jika hujan deras turun. Lensa kamera akan basah, dan baling-baling menyebabkan cipratan air. Konsekuensinya pandangan jadi tidak jelas, demikian dijelaskan Rösen.
Pesawat tak berawak ini memang berguna, tetapi harganya mahal. AscTec Falcon 8 dari perusahaan Ascending Technologies harganya sekitar 30.000 Dolar, dan Huginn X1 dari perusahaan Danoffice IT harganya sekitar 50.000 Dolar.