Persekusi Terhadap Pemeluk Kristen Dilaporkan Meningkat
16 Januari 2020Ketika sistem pemerintahan totaliter kembali marak, penganiayaan terhadap orang Kristen juga terus meningkat di seluruh dunia, demikian ungkap organisasi bantuan Kristen, Open Doors, saat berbicara tentang "penganiayaan terbesar umat Kristen sepanjang masa."
Untuk ke-19 kalinya secara berturut-turut Korea Utara menempati posisi pertama dalam "Indeks Penganiayaan Dunia" yang dirilis oleh Open Doors.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah bertemu pemimpin Korea Utara Kim Jong Un beberapa kali. Namun tampaknya pertemuan ini tidak berdampak apa-apa.
Rezim di Korea Utara dikatakan masih saja "membenci semua orang Kristen" dan dinasti yang berkuasa dari keluarga Kim membiarkan diri mereka disembah seperti Tuhan. Puluhan ribu orang Kristen pun harus bekerja paksa di kamp-kamp tahanan, demikian laporan Open Doors.
Baca juga: Imparsial: Sepanjang 2019, Ada 31 Pelanggaran Kebebasan Beragama
Dalam peringkat yang dibuat oleh lembaga bantuan Open Doors, hampir tidak ada yang berubah dari urutan negara-negara yang menduduki peringkat sepuluh besar tahun ini jika dibandingkan dengan tahun 2019. Urutannya pun hampir sama.
Setelah Korea Utara ada Afghanistan, Somalia, Libya, Pakistan, lalu Eritrea dan Sudan, yang hanya bertukar tempat. Lalu Yaman, Iran dan India yang menjadi satu-satunya negara industri besar yang termasuk dalam statistik horor ini.
Posisi Turki membaik
Indeks yang menganalisis berbagai aspek individu dan mengevaluasinya dalam sistem poin ini menyatakah bahwa intensitas persekusi telah meningkat selama bertahun-tahun.
Menurut perkiraan saat ini, ada 50 negara dengan tingkat persekusi terbesar terhadap orang Kristen dan sekitar 260 juta orang Kristen di negara-negara itu menderita persekusi dan penyerangan di tingkat sangat parah. Kategori "persekusi ekstrem" hanya diterapkan pada satu negara: Korea Utara.
Baca juga: Inilah Reaksi Warganet Soal Pemotongan Nisan Salib di Yogyakarta
Sementara peringkat Turki turun dari posisi 26 menjadi posisi 36, Republik Afrika Tengah dari 21 menjadi 25, Mali dari 24 menjadi 29, dan Meksiko yang masih berada di urutan 39 tahun lalu kini tidak lagi ada di daftar 50 besar.
Kekhawatiran seorang uskup
Laporan itu juga mengutip seorang Uskup Katolik Dori di Burkina Faso yang bernama Laurent Birfuoré Dabiré. Uskup tersebut mengatakan bahwa "jika dunia terus diam, tidak akan ada lagi orang Kristen." Beberapa minggu yang lalu, Konferensi Wali Gereja Katolik di Jerman juga menyatakan keprihatinan terhadap wilayah di Afrika itu.
Berdasarkan laporan Open Doors itu, anggota Bundestag dari partai CDU, Heribert Hirte, menyerukan agar kebebasan beragama diberi prioritas lebih tinggi dalam politik Jerman dan Uni Eropa.
Ia mengatakan bahwa negara-negara yang berkinerja sangat buruk masuk dalam peringkat tersebut adalah negara "yang menjadi perhatian terbesar kami di bidang kebijakan luar negeri dan keamanan," ujar Hirte di Berlin.
Baca juga: Ahok dan Trend Persekusi Politik yang Mengatasnamakan Agama
Organisasi Open Doors bekerja membantu orang-orang Kristen yang mengalami persekusi di sekitar 60 negara di seluruh dunia. Programnya tidak hanya terkait dengan penyediaan bantuan darurat, tetapi juga pengiriman Injil, dukungan penerjemahan dan pelatihan teologis.
Data Indeks Penganiayaan Dunia diperoleh dari jawaban atas survei lengkap pertanyaan yang diajukan jaringan Open Doors kepada para ahli, pakar eksternal, dan pemimpin gereja setiap tahunnya. Meski memiliki sejumlah kelemahan, indeks ini dinilai dapat membantu karena responden di lapangan memiliki wawasan langsung tentang situasi di negara yang bersangkutan.
(Ed.: ae/gtp)