1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Penegakan Hukum

Pilkada Bertepatan Hari Antikorupsi Sedunia, Ini Pesan KPK

9 Desember 2020

Pada Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh bertepatan dengan Pilkada 2020, Ketua KPK Firli Bahuri peringatkan soal terjadinya jual beli suara dan suap menyuap.

https://p.dw.com/p/3mSIv
Ketua KPK - Firli Bahuri
Ketua KPK Firli BahuriFoto: detikcom/Rachman Haryanto

Ketua KPK Firli Bahuri berbicara tentang Hari Antikorupsi Sedunia (Harkodia) 9 Desember, yang bertepatan dengan momentum pencoblosan Pilkada 2020. Dia memberi peringatan agar perilaku koruptif dapat dicegah sejak dini di Pilkada 2020 ini.

Firli menyebut, dalam Harkodia 2020, KPK mengusung tema 'Membangun Kesadaran Seluruh Elemen Bangsa dalam Budaya Antikorupsi'. Menurutnya, hal tersebut merupakan alarm KPK untuk membangunkan tidur panjang yang selama ini dibuai mimpi indah namun semu oleh laten korupsi.

"Tidur panjang dalam buaian laten korupsi, lambat laun akan meracuni hingga menghancurkan suatu bangsa, karena korupsi senantiasa tampil menarik dengan ragam warna kebohongan nan menggoda, menyelimuti kebenaran yang sejatinya hanya memiliki satu warna dengan kenikmatan dangkal dan sesaat, sehingga duka teramat dalam akibat korupsi, tak lagi tampak di depan mata," kata Firli, dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Rabu (09/12).

Harkodia 2020 ini bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada 2020 di 270 daerah. Menurut Firli, Pilkada serentak ini harus menjadi perhatian seluruh anak bangsa untuk mencegah terjadinya jual-beli suara dan suap-menyuap.

"Karena dari sinilah akan tumbuh suburnya korupsi. Mari cegah sedini mungkin perilaku koruptif di Pilkada 2020," katanya.

Firli membeberkan data empiris KPK yang menunjukkan bahwa tindak pidana yang ditangani KPK terbanyak adalah perkara suap menyuap. Di mana korupsi sering terjadi dan mewarnai perhelatan pilkada.

"Dari data tahun 2018 (sewaktu saya sebagai bertugas sebagai deputi penindakan KPK), KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebanyak 30 kali dengan 122 tersangka dan 22 kepala daerah, terkait tindak pidana korupsi berupa suap menyuap. Kurang dari setahun menakhodai KPK, kami juga telah melakukan sedikitnya 8 kali OTT kasus tindak pidana korupsi praktik suap menyuap, yang melibatkan beberapa penyelenggara negara di pusat maupun daerah," jelasnya.

Peduli pemberantasan korupsi

Dalam peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Harkodia) yang jatuh tepat pada hari ini,penyidik senior KPK, Novel Baswedan menyinggung terkait pelemahan KPK yang harus terus disuarakan agar diperkuat.

Novel awalnya berbicara terkait masalah korupsi di Tanah Air yang semakin banyak. Kondisi itu membuat dirinya merasa khawatir.

"9 Desember Hari Antikorupsi Dunia, kita tahu masalah korupsi di Indonesia semakin lama semakin kita rasakan semakin nampak banyak dan ini suatu hal yang mengkhawatirkan," kata Novel, dalam Instagramnya seperti dilihat detikcom, Rabu (09/12).

Dia menyebut saat krisis ekonomi melanda karena pandemi corona, kehadiran negara tentu diharapkan rakyat. Namun, korupsi bantuan sosial COVID-19 yang menyeret Menteri Sosial Juliari P Batubara malah terjadi dan menjadi pembicaraan rakyat.

"Tentu saja harapan negara menjadi betul-betul diharapkan oleh masyarakat, tetapi masalah korupsi di sektor itu menjadi masalah yang banyak dibicarakan. Baik dugaan terkait dengan dana COVID, anggaran pra kerja dan banyak hal lain lagi," ujar Novel.

Novel lantas mengajak semua pihak untuk terus menjaga semangat kritis dan peduli terhadap pemberantasan korupsi. Menurutnya, pelemahan-pelemahan yang terjadi terhadap KPK harus terus disuarakan.

"Saya kira pelemahan di KPK yang selama ini berjalan harus tetap disuarakan agar pemerintah mau paham untuk perkuat upaya memberantas korupsi. Saya kira itu, terus semangat dan peduli untuk upaya memberantas korupsi," pungkasnya. (Ed: rap/gtp)

Baca selengkapnya di:DetikNews 

Hari Antikorupsi Sedunia Bertepatan Pilkada, Ketua KPK 'Warning' soal Korupsi

Hari Antikorupsi, Novel Baswedan: Pelemahan KPK Harus Tetap Disuarakan