Perempuan-perempuan Yogyakarta ini Ciptakan Produk Fesyen dari Limbah Tahu
Siapa di antara Anda yang suka tahu atau tofu? Makanan ini banyak disukai, tapi, limbah dari tahu produksi bisa mencemari air. Agar tak cemari lingkungan, perempuan-perempuan di Yogyakarta ubah limbah tahu jadi fesyen.
Proyek SOYA C(O)U(L)TURE
SOYA C (O) U (L) TURE adalah sebuah proyek yang diprakarsai oleh XXLAB, inisiatif perempuan yang mengembangkan teknologi open source dan bermarkas di Yogyakarta, Indonesia. Dengan proyek ini, mereka ingin mengurangi pencemaran air dan mengganti bahan-bahan fesyen yang biasanya berasal dari kulit binatang dengan kain yang unik terbuat dari limbah tahu.
Merancang 'haute couture'
Salah satu proyek XXLAB adalah SOYA C (O) U (L) TURE. Inisiatif ini menggunakan metode digital dan biologis untuk merancang gaun, bahan kerajinan dan bentuk lain dari 'haute couture' dari proses produksi limbah tahu. Dalam foto ini, Anda bisa lihat bagaimana hasilnya. Tak disangka bukan? Dari limbah buangan bisa jadi busana seperti ini.
Berawal dari tahu
Tahu dari kacang kedelai merupakan salah satu makanan favorit orang Indonesia. Ini sehat, karena mengandung banyak protein dan diproduksi dengan menggunakan proses biologis. Di Indonesia, produksi tahu mudah ditemukan, mulai dari industri rumahan sampai pabrik skala besar. Tapi terkadang, proses produksi ini menghasilkan limbah cair yang mencemari dan meracuni air dan sungai.
Bagaimana prosesnya?
XXLAB mengambil tahu limbah cair produksi tahu dari pabrik pembuat tahu. Mereka mendidihkan limbah cair itu dengan cuka, gula dan pupuk urea. Setelah itu, mereka menambahkan bakteri dan menunggu selama sepuluh hari sampai campuran menjadi selulosa mikroba. Langkah selanjutnya adalah menekan-nekan bahan itu guna mengurangi kandungan air. Setelah itu dibiarkan menjadi kering.
Unik, jadi barang komersil
Hasilnya adalah kain-kainan atau bahan fesyen. Semua peralatan dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi barang ini pun ongkosnya murah. Dari bahan material ini, mereka tidak hanya memproduksi pakaian tapi juga dompet, sepatu dan tas.
Lakukanlah sendiri
Metode pembuatan kain ini adalah salah satu contoh metode DIY (Do It Yourself) dan DIWO (Do It with Others), dengan menggunakan benda sehari-hari. Artinya, setiap orang bisa mencoba melakukannya sendiri di rumah. Proyek ini juga bisa menjadi alternatif bagi praktik ekonomi berkelanjutan untuk menciptakan sumber pendapatan atau untuk meningkatkan pendapatan perempuan di daerah miskin.
Pemenang penghargaan
XXLAB didirikan pada tahun 2013. Penggagasnya adalah Irene Agrivina Widyaningrum, Ratna Djuwita, Eka Jayani Ayuningtias, Asa Rahmana dan Atinna Rizqiana. XXLAB tumbuh sebagai usaha kolektif perempuan dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang untuk mengeksplorasi seni, sains dan teknologi dan menggabungkan terapannya.
Memerangi polusi dan kemiskinan
Dengan semua proyek mereka, XXLAB mencoba untuk mengeksplorasi solusi kreatif untuk hubungan yang sebelumnya tidak begitu banyak diteliti antara pengelolaan limbah, kekurangan pangan dan bahan bakar atau ketidakamanan, dan pengurangan kemiskinan. Sekali tepuk, bisa mengurangi pencemaran sekaligus memerangi kemiskinan. (Ed: Ayu Purwaningsih/vlz) Foto: XXLAB (SOYA C (O) U (L) TURE))