1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perekonomian Dunia di Tubir Resesi

16 Januari 2008

Di seluruh dunia muncul tanda-tanda resesi ekonomi. Nilai sejumlah bursa saham ambruk, Bank-Bank di Eropa terancam krisis, bisnis properti di beberapa negara mulai bergejolak, dan harga minyak yang terus menukik tajam.

https://p.dw.com/p/Cr1B
Gambar pejalan kaki terpantul dari panel pergerakan index saham gabungan di Tokyo.Foto: AP

Sejumlah ekonom di Eropa mulai membunyikan alarm. Pangkalnya adalah tanda-tanda krisis di sejumlah kawasan yang diprediksi bakal mengarah kepada resesi.

Amerika Serikat

Krisis kemarin sore sebenarnya sudah cukup parah buat perekonomian Amerika Serikat. Bank terbesar di AS, Citigroup mengumumkan kerugian akibat krisis kredit perumahan tahun lalu membengkak menjadi 18 Milliar Dollar AS.

Sejak saat itu, Citigroup bergantung pada suntikan dana senilai miliaran Dollar dari para investor, seperti yang juga harus dilakoni bank investasi Merrill Lynch. Meskipun begitu, Citigroup belum serta merta keluar dari krisis yang membelitnya sejak tahun lalu itu, begitu ungkap harian Wall Street Journal. Bagaimanapun juga, Citigroup masih menginvestasikan sebagian besar modalnya di sektor kredit yang justru sering bermasalah.

Bekas Presiden Bank sentral AS, The Fed, Alan Greenspan, sempat mewanti-wanti di berbagai surat kabar, "Resesi datang tidak dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Kita bisa merasakannya lewat gejolak di pasar. Dan data-data di pasar yang diambil minggu lalu menunjukkan gelagat yang kurang baik.“

Sebelumya Greenspan malah menduga dalam laporannya, bahwa resesi bakal terjadi di Amerika dengan kemungkinan 50 persen.

Inggris

Di Inggris pun dampak krisis kredit perumahan di AS mulai terasa di pasar perumahan dalam negeri. Pergerakan index saham sektor properti ambruk untuk kelima kalinya ke titik terendah sejak tahun 1992.

Pun prospek pertumbuhan kedepan tidak menyisakan sedikitpun rasa optimis di kalangan pelaku pasar. “Pasar properti di dalam negeri ikut terimbas krisis kredit AS dan kenaikan suku bunga tahun 2007.” Begitu tandas juru bicara kelompok pelaku bisnis properti Inggris, Ian Perry.

Jepang

Sementara di Jepang situasinya tidak kalah mengkhawatirkan. Baru saja diumumkan, daya beli konsumen menyerusut ke titik terendah sejak lima tahun terakhir.

Nilai index yang disusun oleh bank sentral Jepang, BOJ, itu menukik tajam dari minus 27,4 persen menjadi minus 40,7 persen. Pun Index kepercayaan konsem terhadap kekuatan ekonomi Jepang anjlok menjadi minus 22,9 persen, pada september tahun lalu.

Eropa Timur

Krisis finansial juga dilaporkan sudah mencapai Eropa. Khususnya di bagian timur, sejumlah direktur bank-bank besar memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut akan mengalami stagnasi di kisaran 5,5 persen.
Pangkalnya adalah dibatasinya kuota saham investor asing dan merosotnya jumlah permintaan dari Amerika dan Eropa Barat. Sejumlah ekonom mewanti-wanti dalam sebuah laporan harian Handelsblatt, trend tersebut mengancam sektor perbankan di kawasan tersebut.

Harga Minyak

Sementara, yang paling menimpa Indonesia adalah turunnya harga minyak dunia. Sampai hari Selasa (15/01), harga satu barrel minyak mentah jenis WTI merosot di bawah level 91 Dollar AS. Hari Rabu (16/01), penurunan harga minyak juga bisa dilihat di hampir semua bursa komoditi dunia. Padahal tahun lalu harga minyak sempat menyentuh angka 100 Dollar AS per Barrel-nya.