Suka Ria Berujung Duka, Seaman Apa Festival Musik?
10 November 2021Setelah masa-masa yang panjang selama pandemi, para penggemar musik rasanya seperti kejatuhan berkah bisa kembali melihat aksi idola mereka secara live. Bisa sungguh-sungguh kembali menari dan berdansa bersama di tengah keramaian. Namun di Amerika Serikat, apa yang seharusnya menjadi acara penuh kegembiraan berubah menjadi tragedi memilukan yang memakan korban jiwa.
Setidaknya delapan orang tewas pada hari Jumat (05/11) di tengah kerumunan massa selama konser penyanyi rap Travis Scott di Festival Astroworld, festival musik yang digelar di Houston, Texas, Amerika Serikat. Investigasi sedang berlangsung untuk mengetahui penyebab pasti insiden ini.
Tahun 2010 silam, Jerman juga pernah mengalami tragedi besar di dunia penyelenggaraan konser dan festival musik. Tahun itu, 21 orang meninggal dan 652 terluka di Love Parade, sebuah festival musik techno di Duisburg, Jerman barat. Penyebabnya adalah massa yang berdesakan di sebuah terowongan, dan kemudian mengakibatkan terlalu banyak orang terdorong ke sebuah ruangan kecil.
Sementara pada insiden baru-baru ini di Texas, kekacauan terjadi di depan panggung.
Di tempat lain, yakni di festival musik di Roskilde, Denmark, insiden serupa terjadi pada tahun 2000 ketika konser Pearl Jam. Saat itu kian banyak penonton yang berusaha mendekati panggung, seluruh penonton pun bergerak dan tanpa henti mendorong mereka yang berada di depan. Banyak penggemar akhirnya terinjak-injak. Sembilan orang tewas, korban luka-luka lebih banyak lagi.
Perubahan prosedur keamanan konser
Dampak dari insiden di Denmark ini sangat luas. Tahun-tahun berikutnya, penyelenggara festival musik membuat perombakan besar untuk memastikan langkah-langkah keamanan. Langkah ini termasuk menerapkan zona aman yang ditutup, permukaan jalan beraspal, dan pelatihan lebih ekstensif bagi personel keamanan.
Saat ini, langkah-langkah keamanan Roskilde dianggap sebagai yang terbaik di dunia, dan telah diadopsi oleh banyak penyelenggara acara besar lainnya.
Di era tahun 1990-an, terdorong-dorong ke sana ke mari dalam sebuah festival atau konser musik adalah pengalaman yang dianggap normal. Namun hari ini, anggapan itu dianggap usang berkat praktik memisahkan area penonton menjadi zona berbeda. Langkah ini mencegah orang-orang yang berada di depan terhimpit ke panggung oleh kerumunan massa di belakang mereka.
Muncul kesadaran baru
Ernst-Ludwig Hartz adalah penyelenggara konser yang sejak 1980-an bertanggung jawab atas konser-konser besar dengan penonton yang bahkan pernah mencapai 65.000 orang.
Hartz mengatakan kepada DW bahwa keselamatan semua orang menjadi prioritas utama sejak awal karirnya. Ia menambahkan bahwa jauh sebelum tragedi di Roskilde, ia harus memenuhi prosedur keselamatan yang ketat untuk bisa dapatkan izin penyelenggaraan pagelaran.
Insiden di Roskilde yang menewaskan 9 orang telah memicu banyak diskusi di antara Hartz dan rekan-rekannya. "Kami memikirkan apakah kami telah melakukan segalanya dengan benar, apa yang bisa kita perbaiki," ujarnya.
Hartz juga percaya bahwa kesadaran di antara para penonton konser sejak saat itu telah berubah, para penonton sekarang lebih saling memperhatikan.
Tekan risiko serendah mungkin
Sebagai buntut dari insiden fatal di Roskilde, persyaratan keselamatan di Jerman dibuat lebih ketat, dan Hartz mengatakan bahwa langkah-langkah baru terus dikembangkan. Namun tetap saja, ketika banyak orang berada di tempat yang sama, tidak ada jaminan keamanan yang pasti.
Namun, saat ini para petugas keamanan punya lebih banyak peralatan yang bisa membantu mereka meminimalisasi risiko terjepit di tengah kerumunan massa. Mereka juga berusaha agar prosedur keamanan ini berlangsung tanpa merusak suasana konser atau mengurangi keasyikan penonton dalam menikmati musik di tengah keramaian.
Penyebab pasti insiden fatal di Texas dan pertanyaan apakah penyelenggara festival telah lalai secara hukum hanya bisa diketahui setelah penyelidik menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun, tanggal 5 November 2021 telah terlanjur tercatat sebagai hari tragis dalam sejarah festival musik.
Sementara itu, selama bertahun-tahun setelah bencana Roskilde, Pearl Jam sempat memutuskan tidak tampil di acara festival musik. Namun saat ini, di setiap konser mereka, band ini selalu meminta para penontonnya untuk berhati-hati dan saling menjaga. Permintaan ini menjadi semacam ritual yang selalu diulang di setiap konser mereka.
ae/ha