Saat Orang Jerman Ikut "Berburu Hantu" di Bandung
16 Maret 2019Beberapa bulan lalu, saya berlibur pertama kalinya ke Bandung. Di sana, saya bertemu dengan beberapa teman yang membuat liburan saya istimewa dan tidak terlupakan. Satu hari, saya pergi ke gua Belanda dan gua Jepang. Banyak orang pikir ada hantu di dalam gua/terowongan itu, tetapi sebenarnya monyet-monyet di sana lebih berbahaya karena mereka bisa mencuri barang-barang.
Lalu kami pun makan di warung martabak. teman-teman pun bertanya: "Apa yang kamu ingin lihat atau alami selama di Indonesia?" Sudah lama saya mendengar dan membaca banyak artikel tentang roh-roh dan hantu-hantu (hal mistis) di Indonesia. Oleh karena itu, saya pun menjawab dengan spontan: "Saya mau bertemu hantu Indonesia."
Satu teman bernama Gaga, yang sangat petualang pun menjawab, "Saya punya ide, mari kita ke rumah sakit tua yang ditinggalkan." Teman lain yang bernama Rama, punya banyak pengetahuan dan pengalaman dengan 'dunia lain'. Awalnya, Rama tidak mau, tetapi setelah beberapa menit dia setuju: "Oke, besok hari Jumat dan malam ini malam terbaik untuk berburu hantu!" Saya pikir itu aneh sekali: Di Jerman, setiap malam pukul 12:00 - 01:00 adalah waktu terbaik melihat hantu, tetapi di Indonesia hanya ada satu malam setiap minggu untuk melihat hantu (malam Jumat).
Ekspedisi Gila
Kami kembali ke rumah untuk beristirahat sebelum ekspedisi gila dimulai. Saya menelpon teman Indonesia lain. Dia bilang: "Hati-hati Marc, yakinkan hantu dari gedung itu tidak ikut kamu." Tetapi bagaimana saya bisa menghindari hantu ikut saya? Tanya salam dalam hati.
Rama, Gaga dan saya pun bertemu di depan rumah sakit tua itu. Semua diam dan gelap tetapi ada kejutan: ada penjaga di pintu masuk! Ternyata sedang ada konstruksi untuk memperbarui gedung yang nanti akan kembali dibuka. Untungnya, dia membiarkan kami masuk. Ia pun bilang: "Selama orang-orang mengerjakan konstruksi di sini, mereka merasa kurang baik di dalam beberapa ruang dan melaporkan kejadian aneh." Wah bagus kalau begitu, "Ayo!" Saya mengeluarkan senter dan Gaga mengunakan cahaya HPnya.
Di lantai dasar sudah ada beberapa ruang yang direnovasi tetapi di lantai kedua dan ketiga masih ada ruang yang belum berubah. Di tangga ada banyak kotoran karena ada banyak burung layang-layang dan sarangnya. Burung-burung itu tidak takut, hanya melihat mengantuk ke arah kami. Saya bertanya pada diri sendiri: Burung-burung itu tinggal bersama dengan hantu-hantu di sini? Atau mungkin tidak ada hantu? Semua gelap dan diam. Di mana hantu? Tunjukan dirimu!
Hantu?
Tiba-tiba kami mendengar suara dan melihat cahaya di ujung koridor. "Bahaya....Hantu!!!" Tetapi ternyata saya salah, karena itu adalah kelompok lain – lima remaja yang berburu hantu juga. Bersama-sama kami terus memeriksa gedungnya. Karena sekarang jumlah delapan orang, sangat sulit merasa kehadiran hantu. Tetapi jika semua diam dan melihat ke arah ujung koridor, memang ada pemandangan aneh. Ada bayangan yang bergerak dari sini ke sana. Ah mungkin mata saya lelah dan salah, tanya saya dalam hati.
Setelah kembali ke lantai dasar, salah satu dari kelompok remaja menjadi panik dan cepat keluar dari jendela yang terbuka. Dia merasa atau melihat apa? Sayangnya, saya tidak tahu. Ini terjadi di ruang perawatan bayi, tempat di dalam gedung yang dibilang paling berhantu. Saya tidak tahu apa yang Rama rasakan, karena dia tidak mau berbicara banyak tentang perasaan dan pengamatannya di dalam rumah sakit.
Mungkin ada hantu-hantu, mungkin tidak. Satu hal penting menurut saya: "Berburu" hantu kurang sopan. Jika hantu ingin berkomunikasi dengan kita, biarlah mereka menghubungi kita. Mereka sudah meninggal dunia dan mereka pantas istirahat.
Kami pun keluar, Gaga mempunyai saran lain: "Mari kita pergi ke Taman Maluku, patung pastor Verbraak berjalan setiap malam." Saya setuju dan kami naik sepeda motor ke sana. Mungkin lain kali saja saya akan bercerita tentang itu.
*Marc adalah manajer proyek perusahaan terjemahan di Berlin. Seorang warga kota Berlin (Berliner) yang pandai berbicara bahasa Indonesia. Akhir tahun lalu ia berlibur mengunjungi Jakarta, Bandung, Jogja, dan Karimun Jawa.
** DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: [email protected]. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.