1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penderita Kelaparan Bertambah Setiap Tahunnya

11 Desember 2008

Hak mendapat makanan adalah hak asasi, demikian slogan konferensi internasional "Politik Lawan Kelaparan" di Berlin, Jerman. Kelaparan sering terjadi karena ketidakadilan, bukan karena produk pangan tidak mencukupi.

https://p.dw.com/p/GDbb
Foto: AP

Peter Baleke Kayiira datang dari Uganda ke Berlin untuk menceritakan masalah pangan dan kelaparan yang dialami kampungnya. Bagi Peter dan penduduk desanya, semua berawal pada bulan Juni 2001. Ketika itu, pemerintah Uganda memaksa Peter dan penduduk lain meninggalkan tempat tinggal mereka, karena kawasan itu akan dijadikan perkebunan kopi untuk perusahaan Neumann yang beroperasi di Jerman.

"Pemerintah Uganda membuat kesepakatan dengan perusahaan Neumann dari Hamburg. Bulan Juni itu kami diberi ultimatum agar segera meninggalkan tempat itu. Kami diberi waktu 2 bulan. Tanggal 1 Agustus tempat itu harus kosong. Kami tidak mendapat alternatif atau ganti rugi. Jadi kami menolak. Tapi tentara dikerahkan mengusir kami. Penggusurannya sangat agresif. Kami dipukuli, rumah kami dibakar, barang-barang dijarah. Jadi kami lari untuk menyelamatkan diri.“ Demikian diceritakan Kayiira.

Sekitar 400 keluarga melarikan diri. Mereka kehilangan rumah, tanah dan nafkahnya. Mereka jatuh miskin dan menderita kelaparan. Padahal sebelumnya mereka bisa hidup lumayan, cerita Peter Kayiira yang punya profesi guru.

Peter Kayiira dan beberapa tetangganya memutuskan untuk menggalang perlawanan. Mereka mendirikan organisasi "Berdiri dan Perjuangkan Hak Anda". Mereka mengajukan gugatan terhadap pemerintah Uganda dan perusahaan kopi Neumann.

Kisah Peter hanya satu contoh kecil bagaimana kebijakan politik dan kepentingan ekonomi akhirnya mengakibatkan kelaparan. Tema ini jadi fokus utama konferensi internasional yang berlangsung tanggal 8 sampai 10 Desember di Berlin. Peter Kayiira bisa bertemu dan bertukar pengalaman dengan aktivis dari India dan Amerika Selatan, yang juga punya cerita serupa mengenai penggusuran dan kelaparan. Selain para aktivis, konferensi ini juga dihadiri oleh para politisi, ilmuwan dan pekerja organisasi internasional.

Ahli politik internasional dari Belgia, Olivier Schutter, menarik neraca buruk soal pengelolaan pangan dan kelaparan. "Tahun 1996 ada sekitar 820 juta orang yang mengalami kelaparan. Tahun 2005 menjadi 852 juta orang. Sekarang jumlahnya lebih dari 960 juta orang. Jadi kita sudah gagal menanggulangi masalah kekurangan pangan. Padahal di bumi ini ada cukup bahan pangan untuk memberi makan seluruh penduduk dunia.“

Menteri Pertanian Jerman Ilse Aigner berjanji, akan memperjuangkan isu hak atas pangan. Ia menegaskan, mereka yang lapar dan menuntut makan bukan orang yang mengemis, melainkan orang yang memperjuangkan hak-haknya. (hp)