Pendekatan Dengan Libya. Antara Moral Dan Bisnis
3 September 2009Harian Inggris INDEPENDEN menurunkan tajuk berjudul
" pendekatan terhadap Libya mengandung bahaya".
Selanjutnya harian ini menulis, "semakin meningkat penilaian bahwa kepentingan dagang, terutama disektor industri perminyakan, lebih ditonjolkan ketimbang kekhawatiran terhadap rasa keadilan dan hak asasi. Sikap ini mengandung bahaya. Sejarah mengajari kita mengenai dampak buruk , bila sebuah pemerintahan menjalin hubungan erat dengan diktator yang menunjukkan sikap ramah. Terdapat alasan untuk melakukan kegiatan di Libya, termasuk dibidang investasi. Meskipun demikian, harus dijaga jarak dengan rejim dari pimpinan revolusi Khadafi. Politik praktis yang sama sekali kehilangan pandangan terhadap nilai moral dan keadilan, pada akhirnya akan mengubur sendiri tujuan yang hendak dicapai.
Harian Luxemburg, LUXEMBURGER WORT menyoroti tuduhan terhadap Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, yang mempengaruhi pembebasan lebih awal pelaku serangan bom di Lockerbie berdasarkan spekulasi politik. Selanjutnya harian ini menulis,
"Dapat dipastikan, Inggris , seperti negara barat lainnya berminat terhadap kekayaan minyak Libya, sejak Muammar Khadafi secara resmi menyatakan menghentikan dukungan terhadap terorisme. Disini terlihat dilema politik yang klasik. Bagaimana menjalin hubungan dengan pelaku politik, yang dianggap penting sebagai mitra, tapi ia tidak mencerminkan sikap yang simpatik. Sejarah mencatat, sejak tahun 1938, perjanjian dengan seorang diktator mengandung resiko besar. Dalam kategori ini termasuk orang kuat Libya, yang sejak 40 tahun memegang kendali kekuasaan. Yakni Muammar Khadafi.Ia mengangkat dirinya sebagai pemimpin revolusi , yang silih berganti melakukan manover yang aneh dan berbahaya.
Harian Austria DIE PRESSE; menurunkan tajuk berjudul, "berdagang dengan negara yang jahat".
Selanjutnya harian ini menulis,
" Tadinya diduga alasan kemanusiaan yang melatarbelakangi dibebaskannya seorang yang menderita sakit parah, untuk dapat meninggal di tengah keluarganya. Tapi semakin menebal petunjuk, bahwa pembebasan lebih awal pelaku serangan bom di Lockerbie, Megrahi, terutama bukan dengan alasan" cinta sesama manusia", melainkan dengan alasan kepentingan politik dan ekonomi Inggris di Libya. Situasi ini menjerumuskan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, yang telah tercoreng citranya, kedalam masalah baru. Pada dasarnya Gordon Brown melakukan apa yang juga dilakukan politisi dan pebisnis barat, sejak bertahun-tahun. Ia memutuskan melakukan hubungan dengan diktator di Libya, tanpa berpegang teguh kepada nilai moral.
Harian Spanyol EL PAIS yang menyoroti 40 tahun kekuasaan Muammar Khadafi di Libya. Harian ini menulis,
" Dalam waktu lama dunia Interansional mengucilkan Khadafi, karena secara langsung ikut bertangggung jawab dalam serangan teror. Ia melakukan perubahan total, dan didukung negara barat, dengan melihat cadangan minyak Libya dan diperlukannya sekutu di dunia Arab. Khadafi lolos dari perebutan kekuasaan, pemboman Amerika Serikat dan sanksi Internasional. Satu-satunya senjata ampuh Khadafi adalah kekayaan minyak yang dimiliki negaranya. Dan bagi Eropa, pengadaan minyak jauh lebih penting ketimbang rasa keadilan.
DPA/AR/ML..