1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Para Ahli Cari Cara Minimalisir Bencana Banjir di Indonesia

30 Oktober 2021

Musim hujan sudah di depan mata. Sejumlah upaya dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana hidrometeorologi, salah satunya banjir.

https://p.dw.com/p/42NCS
Banjir di Jakarta Februari 2021
Banjir di Jakarta Februari 2021Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS

Hari ini, para ahli yang tergabung dalam Himpunan Ahli Teknik Hidraulika Indonesia (HATHI) menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Seminar Internasional. Salah satu targetnya, untuk mencari solusi menghadapi tantangan ke depan dalam pengelolaan sumber daya air.

Di kesempatan ini, Sekjen Kementerian PUPR Zainal Fatah saat membacakan sambutan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan kejadianbencana alam di tanah air menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

"Berdasarkandata BNPB, khusus kejadian banjir setidaknya terjadi 750 kejadian pada 2019 dan terus meningkat menjadi 1.000 kejadian pada 2020 dan pada 2021 menunjukkan tren yang sama," kata Zainal saat membacakan sambutan secara virtual di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Sabtu (30/10/2021).

Peningkatan pola hujan dari November 2021

Hal ini juga diikuti dengan datangnya La Nina mulai November hingga Februari 2022. Turut mempengaruhi peningkatan pola hujan.

"Prediksi BMKG, pola hujan mulai November hingga awal 2022 dipengaruhi oleh La Nina. Untuk itu, kami di kementerian PUPR melakukan langkah menghadapi badai la Nina dengan melakukan kegiatan untuk memastikan bahwa kami telah siap siaga," imbuhnya.

Beberapa hal yang dilakukan misalnya mengaktifkan satgas penanggulangan bencana pusat untuk monitoring semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa diketahui berapavolume banjir. Lalu, melaksanakan SOP siaga bencana di 205 bendungan dengan volume tampungan sebesar 4,7 miliar per meter kubik.

Tak hanya itu, Kementerian PUPR juga membuka seluruh pintu pengeluaran air. Antara lain di Bendungan Bili-Bili hingga Bendungan Jatiluhur.

"Kami mengoperasikan 192 unit pompa pengendalian banjir dengan kapasitas 263 meter kubik per detik," imbuhnya.

Pengelolaan sumber daya air butuh solusi berkelanjutan

Sementara Sekretaris Umum HATHI Dr Ismail Widadi ST MSc mengatakan pertemuan ilmiah ini juga dalam rangka 40 tahun HATHI dan 60 tahun pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Brantas. Para ahli ini berkumpul untuk bersama mencari solusi.

"Titik tekannya adalah kita menyadarkan semua stakeholder bahwa pengelolaan sumber daya air ini kedepan banyak tantangan dan cara mengatasinya tidak biasa-biasa. Dituntut ada solusi yang berkelanjutan," unagkap Ismail.

Ke depannya, lanjut Ismail, banyak tantangan dalam pengelolaan sumber daya air. Tantangan inilah yang harus dicarikan solusi.

"Tantangan pengelolaan sumber daya air dalam salah satu arahan Pak Menteri pekerjaan Umum yang dibacakan pak sekjen PUPR kita menghadapi La Nina, yakni tantangan yang mengancam dunia dan Indonesia," papar Ismail. 

"Bapak Menteri PUPR kemarin sudah berbicara ke media melakukan strategi pengosongan bendungan dalam air, bukan dikosongkan habis. Tapi yang disisakan adalah prioritas. Misalnya air baku prioritas, disisakan untuk air baku. Misalnya prioritas sumber daya listrik dari air dikosongkan untuk itu," lanjutnya.

Ismail berharap langkah ini bisa meminimalisir terjadinya bencana hidrometeorologi, khususnya banjir. "Sehingga apabila datang La Nina atau hujan ekstrim sehingga ada peningkatan debit ekstrem bendungan mampu," harapnya.

Sementara hadir pula Kepala Dinas PU Sumber Daya Air Isa Anshori yang mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Muhammad Rizal hingga Ketua HATHI Jatim Prof Nadjadji Anwar.(yp)

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Para Ahli Cari Solusi Minimalisir Bencana Banjir Dampak La Nina