Paket Stimulus Fiskal, Obat Resesi Perekonomian AS
18 Januari 2008Situasi perekonomian Amerika Serikat yang memburuk, mendorong Presiden Amerika Serikat George W. Bush mengajukan gagasan paket stimulus fiskal atau konjuntur jangka pendek, senilai 150 milyar Dollar AS. Rincian program itu akan disampaikan Bush di hadapan Kongres AS, Jumat (18/01/08).
Konsensus paket rangsangan untuk mendongkrak perekonomian itu disepakati Gedung Putih dan Kongres AS, sebagai tindakan penyelamatan keuangan negara yang mengalami resesi akibat dihajar krisis di sektor properti, kartu kredit dan harga minyak yang terus membumbung tinggi.
Direktur Bank Sentral Amerika The Fed, Ben Bernanke, menekankan bahkan paket rangsangan ekonomi itu harus secepatnya diwujudkan dan waktunya harus dibatasi.
"Agar bermanfaat, maka paket stimulus sebaiknya diwujudkan sesegera mungkin dan ditata agar berdampak sebesar mungkin bagi anggaran belanja keseluruhan setidaknya dalam dua belas bulan ke depan. Sebab bila terlambat, maka paket ini tidak akan menolong aktivitas ekonomi dalam jangka pendek, dan dapat secara aktif menurunkan stabilitas bila dilakukan ketika kondisi pertumbuhan ekonomi sudah membaik.“
Sementara itu di Eropa, yang juga terimbas resesi dari AS, para tokoh ekonomi dan menteri keuangan Inggris, Jerman, Italia dan Prancis hari Jumat (18/01) juga bertemu di Paris untuk membahas strategi Eropa dalam menghadapi pasar saham yang goncang.
Menanggapi rencana paket stimulus fiskal AS, Joaqim Almunia, dari Komisi Eropa untuk urusan ekonomi menekankan bahwa paket fiskal tersebut juga harus memiliki dampak positif terhadap pasar saham Eropa. Pejabat keuangan Eropa menyatakan tantangan terbesar bagi empat negara besar Eropa itu, saat ini adalah mencapai kesepakatan berupa mekanisme bersama untuk meningkatkan transparansi di sektor pasar saham dan perbankan.
Sementara di Asia, rencana pengumuman paket ekonomi senilai 150 milyar Dollar AS yang disampaikan Bush, berhasil mendorong penguatan bursa saham. Di Bursa Tokyo, Indeks Nikkei yang sempat anjlok hingga posisi terendahnya selama kurun 26 bulan, berhasil bangkit dan ditutup naik 77,84 poin.
Indeks Hang Seng di Hong Kong juga berhasil bangkit dengan menguat 86,89 poin. Bursa Taiwan ditutup naik 1,02 persen. Demikian juga Indeks Kospi Korea. Sementara Shanghai menguat 28,89 poin. Namun bursa Indonesia dan Malaysia masih digelayuti oleh sentimen negatif.