1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Pakar Unair: Virus Hendra Lebih Fatal dari COVID-19

2 Juni 2022

Epidemiolog Universitas Airlangga Laura Navika Yamani menyebut virus Hendra lebih fatal dari COVID-19 karena tingkat kematian virus ini cukup tinggi. Meski mematikan, virus ini masih jarang ditemukan pada manusia.

https://p.dw.com/p/4CAAx
Ilustrasi virus Hendra
Virus Hendra diketahui bersumber dari kelelawar pemakan buahFoto: Science Photo Library/IMAGO

Belakangan kasus virus COVID-19 mulai mereda. Namun, di tengah kabar baik tersebut, beragam virus mulai muncul dan menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya ancaman mutasi baru virus Hendra.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menyebut, virus Hendra lebih mematikan dari virus COVID-19. Sebab, tingkat kematian atau case fatality rate virus ini cukup tinggi.

"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika COVID-19 pada tingkat 3-4 persen, virus Hendra berada pada tingkat 50 persen kematian," kata Laura dikutip dari laman resmi Unair, Kamis (02/06).

Meski mematikan, virus Hendra ini masih jarang ditemukan pada manusia. Berdasarkan data dari tahun 1994 hingga 2013, dilaporkan tujuh kematian manusia akibat virus ini.

Cara penularan virus Hendra

Lebih lanjut Laura menjelaskan, virus Hendra ini pertama kali ditemukan tahun 1994 pada wabah penyakit di kawasan Hendra, Brisbane, Australia. Virus ini diketahui bersumber dari kelelawar pemakan buah yang dapat menyerang sistem pernafasan dan neurologi pada hewan serta manusia.

"Setelah ditelusuri, virus ini ternyata bersifat zoonosis yakni bisa berpindah dari host ke host, dari hewan ke manusia," terangnya.

Masuknya virus ini dari kelelawar melalui tubuh manusia, biasa diperantarai oleh hewan mamalia. "Kalau dari kelelawar langsung ke manusia, biasanya sulit karena sifat host-nya berbeda. Lebih mudah masuk dari perantara sesama mamalia, dalam kasus ini kuda," sebutnya.

Penularan virus Hendra ke kuda menjadi suatu yang wajar, mengingat keduanya hidup di habitat yang sama.

"Karena sifatnya menular melalui droplet, kelelawar pemakan buah yang memiliki habitat dengan kuda, dapat melakukan buang kotoran atau urine yang akhirnya bercampur dengan rumput yang menjadi makanan kuda. Sehingga rumput yang akan dimakan kuda, telah terkontaminasi dengan virus tersebut," jelas Laura.

Gejala virus Hendra

Kasus infeksi virus Hendra memang jarang ditemukan, tetapi penting untuk mengetahui gejala penyakitnya. Virus ini diketahui bisa menular ke manusia melalui kontak erat dan tingkat higienitas yang rendah.

Penyakit virus Hendra dapat menyebabkan gejala:

- Demam

- Batuk

- Sakit tenggorokan

- Ensefalitis atau radang otak.

Pesan untuk pemerintah Indonesia

Meski virus ini belum pernah ditemukan di Indonesia, Laura menyarankan agar segala informasi yang ada, dijadikan sebuah peringatan. Hal ini mengingat Indonesia memiliki banyak hewan ternak.

"Pemerintah juga harus menyadari dan mengawasi bagaimana surveillance-nya, bagaimana cara agar hewan termasuk kuda tidak terjangkit virus Hendra," pungkasnya. (ha)

 

Baca selengkapnya di: Detik News

Disebut Bisa Jadi Next Pandemi, Pakar Unair: Virus Hendra Lebih Fatal dari COVID