Obama Butuh Eropa
23 Mei 2011Harian konservatif Perancis yang terbit di Paris La Figaro menulis:
„Sejumlah tema seperti krisis keuangan, „musim semi Arab“ dan proses perdamaian di Timur Tengah menunjukkan, bahwa AS tidak dapat memperlakukan mitra yang paling setia padanya dengan semena-mena. Kini Eropa bahkan berada di posisi untuk dapat melontarkan pernyataan seperti, „kami telah melakukan tugas-tugas kami, dan Anda Barack Obama, apa yang dapat Anda tawarkan pada kami?“ Begitulah situasi di Libya. Di Afghanistan pemerintah Perancis dan Inggris berada di front paling depan, sementara AS hanya melakukan pekerjaan yang sekedar mendukung. Keterlibatan Inggris dan Perancis dalam perang di kawasan krisis Afghanistan semakin dapat diandalkan. Kini, di saat sekutu secara perlahan-lahan menarik pasukannya dari kawasan tersebut, Obama seharusnya menjelaskan targetnya, karena sampai sekarang ia hanya meraih hasil yang kurang memuaskan.“
Kemudian harian Belanda de Volkskrant menulis:
„Obama sebenarnya ingin memasuki fase pemilihan presiden dengan adanya harapan, perjanjian perdamaian Israel-Palestina akan tercapai. Tetapi sekarang ada kekuatiran, bahwa kampanye pemilihan AS September mendatang akan diwarnai dengan kerusuhan, jika Palestina meminta dukungan PBB membentuk negara sendiri. Negara itu membutuhkan pengakuan simbolis sedikitnya dari 130 negara. Sementara AS yang merupakan sekutu Israel, hanya dapat memberikan suara „tidak“. Ini dapat mengakibatkan dunia Arab kembali kecewa pada Obama.“
Harian liberal kiri Inggris Independent juga mengomentari kunjungan Obama ke Eropa. Harian itu menulis:
„Setelah Obama menyatakan mendukung solusi dua negara yang harus didasari pengakuan Israel terkait perbatasan dari tahun 1967, hubungan Israel-Palestina kembali menjadi perhatian. Obama mengatakan, semakin sulit bagi Israel untuk kembali ke meja perundingan dengan Hamas, karena kelompok tersebut belum bersedia untuk tidak menggunakan kekerasan. Namun di tahun 90an, hal serupa pernah dilakukan oleh pemerintah Inggris. Ketika itu Inggris bersedia berunding dengan IRA demi memajukan proses perdamaian di Irlandia utara.“
Tema lain yang juga mendapat perhatian pers internasional adalah perkembangan di Afrika utara. Intervensi militer yang dilancarkan barat di sana disoroti harian liberal Austria yang terbit di Wina Der Standard. Harian itu menulis:
„Di Eropa juga mulai diyakini, bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak dapat dipertahankan lagi. Kemungkinan untuk melakukan intervensi seperti di Libya semakin menjadi diskusi. Terutama karena ada tuduhan sinis yang sering dilontarkan terkait anggapan AS, NATO, Perancis atau mitra lainnya di Libya, gampang mengambil keputusan untuk melancarkan intervensi mereka bisa menang dengan mudah.“
Harian internasional lainnya La Croix yang terbit di Perancis juga mengomentari intervensi militer barat. Harian itu menulis:
„Peristiwa di Libya menunjukkan, bahwa tidak ada perang yang mudah. Jika menggunakan senjata dampaknya selalu fatal. Terutama karena warga sipil menjadi korban akibat melesetnya serangan. Seharusnya barat lebih awal memutuskan hubungan mereka dengan rezim penguasa Libya Muammar Gaddafi. Bila negara adidaya tidak punya pilihan selain menggunakan senjata untuk menggulingkan Gaddafi dari tahtanya, itu disebabkan karena terlampau lama berkompromi, melakukan perjanjian serta mengutamakan kepentingan bisnis. Kini semua harus membayar mahal karenanya, namun yang paling menderita adalah warga Libya sendiri.“
AN/HP/dpa