NATO Ambil Alih Komando Misi Libya
28 Maret 2011Tentara Jerman memang tidak akan terlibat dalam misi militer di Libya. Ini telah ditekankan berkali-kali oleh pemerintah Jerman. Tetapi keputusan NATO berikut, disetujui oleh Jerman. "Negara anggota NATO telah memutuskan untuk mengambil alih seluruh operasi militer di Libya." Demikian pengumuman Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen. Koalisi internasional di bawah pimpinan Amerika Serikat, Perancis dan Inggris akan menyerahkan komando kepada NATO.
Selasa lalu (22/3), NATO memimpin blokade wilayah perairan yang berusaha mencegah masuknya senjata dan tentara bayaran asing melalui Laut Tengah. Kemudian di hari Jumat (25/3), NATO mengumumkan akan memimpin operasi zona larangan terbang. Kini NATO juga mengambil alih bagian terakhir aksi militer. Sekjen NATO Rasmussen menegaskan : "Tujuan kami adalah melindungi warga sipil dan kawasan pemukiman warga sipil dari ancaman rezim Gaddafi."
Diantaranya dengan melakukan serangan udara, tidak hanya terhadap basis angkatan udara Libya, tetapi juga terhadap pasukan Libya, panser atau kendaraan militer yang hendak menyerang warga sipil. Di bawah perlindungan serangan udara ini, kelompok pemberontak yang sempat mengalami kekalahan kembali unggul. Serangan NATO ini berpatokan pada pasal 4 resolusi PBB bagi Libya. Disana tertera, bahwa anggota NATO diberi kekuasaan dalam melindungi warga sipil untuk melakukan segala cara yang dianggap perlu, kecuali mengerahkan pasukan darat. Rasmussen menjelaskan : "NATO akan menjalankan semua aspek resolusi PBB, tidak lebih dan tidak kurang."
Pimpinan militer diperintahkan untuk menjalankan operasi militer ini dengan segera. Namun, dalam kritik terakhir yang diajukan oleh pemerintah Rusia, laporan mengenai serangan terhadap pasukan yang setia pada Gaddafi bertentangan dengan resolusi PBB. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, tidak ada yang membantah serangan tersebut. Menurutnya, intervensi yang dilakukan koalisi terhadap perang sipil internal, bukanlah keputusan Dewan Keamanan PBB. Rusia adalah pemegang hak veto sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, namun memilih untuk tidak memblokir resolusi PBB tentang Libya. Sebelumnya, para pimpinan Rusia telah menyuarakan kekhawatiran akan resolusi yang akan memberikan terlalu banyak peluang bagi pasukan koalisi.
Kelanjutan di Libya, akan dibicarakan Selasa esok (29/3) di London dalam konferensi dengan pimpinan PBB, NATO, Uni Afrika dan lebih dari 30 menteri luar negeri. Walau pun Jerman tidak mengirimkan pasukannya, dalam konferensi tentang Libya di London, menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle akan turut serta.
Andreas Reuter / Vidi Legowo-Zipperer
Editor : Hendra Pasuhuk